Otomania.com - Mesin bertransmisi otomatis atau biasa disebut matik memang lebih praktis, hal ini membuatnya cepat menjadi idola bagi sekian banyak pengguna mobil.
Dari beberapa jenis transmisi otomatis, yang banyak digunakan adalah transmisi jenis CVT (Continuously Variable Transmission).
CVT punya kelebihan pada perpindahan gigi yang terasa lebih halus dan minim getaran dibanding transmisi otomatis konvensional (torque converter).
Namun kepraktisan penggunaan mesin matik juga butuh perawatan dan perlakuan yang lebih hati-hati bila dibanding mesin konvensional.
Baca Juga: Xcross Monkey 150 Contek Desain Motor Mini Honda, Harga Cuma Rp 6,5 Jutaan
Seperti yang disampaikan beberapa punggawa bengkel resmi maupun bengkel spesialis di bawah ini.
Secara kerjanya, transmisi CVT ini mengandalkan pulley dan sabuk (belt) dalam menstransfer tenaga mesin, sehingga tidak ada entakan.
Belt tersebut terbuat dari material baja high tensile steel, yang tersambung pada dua buah pulley.
“Di dalam transmisi CVT ada dua pulley, yaitu drive pulley yang menggerakkan dan driven pulley yang digerakkan,” jelas Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel spesialis transmisi matik, Worner Matic di Bintaro, Tangerang Selatan.
Baca Juga: Honda Siap Rilis Africa Twin 250? Padahal Sudah Punya CRF250L dan CRF250 Rally
Pengoperasian perpindahan transmisi CVT diatur secara elektronik oleh komputer, yang kemudian menggerakkan kedua pulley.
Berbeda dengan transmisi otomatis konvensional yang menggunakan susunan gigi dan mengandalkan tekanan oli.
Meski pengoperasiannya sama dengan transmisi otomatis konvensional, namun CVT memerlukan perhatian lebih soal perlakukan pengoperasian dan perawatannya.
Karena salah perlakukan dan perawatan pada transmisi CVT, akan membuat biaya perbaikan transmisi CVT menjadi sangat mahal.
Baca Juga: Bikin Meleleh, Pria Ini Lapang Dada Honda Vario-nya Digondol Maling, Simak Alasannya
Sekadar informasi, untuk jasa overhaul memang antara transmisi matik CVT dengan konvensional tak berbeda jauh, yakni berkisar antara Rp 3 hingga 5 juta.
Tergantung kondisi dan jenis kerusakan pada transmisinya.
Namun biaya tersebut belum termasuk pergantian komponen transmisinya loh.
Karena pada CVT, penggantian komponen tak seperti matik konvensional.
”Transmisi CVT berbeda dengan matik konvensional, karena komponennya tak bisa diganti satuan.
Baca Juga: Sangat Menggoda, Yamaha Tricker 250 Masih Dijual, Pakai Mesin Scorpio?
Jadi, kalau sampai rusak harus ganti satu unit CVT utuh,” ujar Subhan Fajar, mekanik Jasmin Motor di Fatmawati, Jakarta Selatan.
Kerusakan pada belt dan pulley menjadi salah satu komponen yang kerap terjadi pada transmisi CVT.
Kerusakan tersebut umumnya dari cara perlakukan berkendara dan perawatan yang tidak baik.
Contohnya seperti sering berakselerasi mendadak, berhenti lama dengan kondisi masih masuk persneling, telat melakukan penggantian oli transmisi dan sebagainya.
Baca Juga: Memang Jadi Mudah, Tapi Ini Bahayanya Jika Pasang Knob di Setir Mobil
Namun seperti disinggung sebelumnya, penggantian belt dan pulley tak bisa dilakukan sembarangan.
“Karena konstruksinya satu kesatuan utuh, penggatian komponen CVT tak bisa dilakukan terpisah,”
“Pada beberapa kasus kerusakan, terpaksa harus mengganti unit transmisinya secara utuh,” jelas Agung Saputro, Workshop Manager Honda Megatama, Kalimalang, Jakarta Timur.
Penggantian belt umumnya harus sekaligus dengan pulley-nya, tidak bisa hanya salah satu saja.
Sebagai gambaran, penggantian unit transmisi CVT bisa memakan biaya hingga puluhan juta rupiah.
“Kalau baru, bisa menyentuh angka Rp 20 hingga 30 juta,” ujar Fajar.
Malah pada mobil premium, nilainya bisa di atas Rp 50 jutaan. Wow!
Sehingga tak heran jika banyak pemilik mobil yang beralih pada transmisi CVT copotan.
Baca Juga: Dibilangnya Mirip Senjata Ninja, Padahal Ini Makna di Balik Logo Mitsubishi
“Untuk Honda Jazz, Freed dan Nissan Grand Livina atau Livina, transmisi CVT copotannya berkisar antara Rp 6 hingga 15 juta, tergantung kondisi,” tambah Fajar.
Ia juga mengatakan bahwa usia pakai transmisi CVT berkisar 6 hingga 8 tahun, jika dirawat dengan baik.
Mahalnya perbaikan transmisi CVT kerap jadi momok bagi pemilik mobil dengan transmisi tersebut.
Padahal banyak produsen mobil yang memilih menggunakan transmisi CVT, seperti Honda Jazz, Freed, CR-V, Nissan Livina dan X-Trail hingga Datsun Go.
Baca Juga: Dua Pelaku Pencurian Mobil Dibekuk Petugas Gabungan, Satu Unit Mitsubishi Strada Jadi Barang Bukti
“Kerusakan parah pada transmisi CVT cukup jarang terjadi, mungkin hanya pada kasus tertentu, selebihnya aman-aman saja
Tentunya jika dirawat dengan baik, transmisi CVT bisa awet dan bebas masalah,” ujar Yulian Karfili, Public Relation Manager PT Honda Prospect Motor.
Langkah terbaik bagi pemilik mobil dengan transmisi CVT adalah dengan memperhatikan perawatan berkala.
Perlu dicermati juga, bahwa pelumas transmisi CVT berbeda dengan pelumas transmisi otomatis konvensional.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele! Salah Pasang Karpet Mobil Bisa Bikin Celaka
CVT menggunakan CVT Fluid, sedangkan transmisi otomatis konvensional pakai Automatic transmission Fluid atau ATF.
Hal tersebut dikarenakan pelumas CVT memiliki spesifikasi dan aditif tertentu untuk mendukung kinerjanya.
Sehingga, tidak disarankan untuk menggunakan pelumas transmisi otomatis konvensional untuk CVT.
”Karena akan mengganggu kinerja komponen internal CVT. Jadi, jangan sampai salah beli,” tambah Hermas yang juga menyarankan penggantian pelumas CVT setiap 40 ribu sampai 50 ribu kilometer.