Baca Juga: Tega Banget, Kerabat Teman Sakit, Driver Ojol Curi Kartu ATM dan Kuras Rp 16 Juta Buat Traktiran
"Sehingga kalau ini kenaikannya tidak mempertimbangkan hal tersebut khususnya daya beli ini yang nanti bisa kontrapodruktif baik bagi konsumen ataupun juga driver ojol sendiri."
Tulus Abadi selaku ketua YLKI menilai jika pemerintah daerah konsisten untuk mengembangkan transportasi umum, maka kenaikan tarif ojol yang tinggi justru membuat konsumen berhenti menggunakan dan ketergantungan masyarakat terhadap ojol akan berkurang.
"Dan ini bisa sebenernya bisa bisa disatu sisi bisa bagus tapi dengan catatan angkutan umum yang ada itu sudah siap untuk jabodetabek."
"Tetapi untuk daerah ini cukup berisiko, ya karena di daerah, pemerintah daerah itu hanya Indonesia itu tidak mengembangkan angkutan umum sampai detik ini."
"Sehingga ojek online menjadi alternatif yang sangat signifikan untuk sesama transportasi masyarakat."
Baca Juga: Honda BeAT Remuk Masuk Kolong Truk Hingga Terseret, Driver Ojol Masih Beruntung Lecet Sedikit
Ketua YLKI mengaku sudah melakukan rapat dengan Kementerian Perhubungan.
"Ya kami sudah terhitung sudah dua kali di dalam rapat-rapat pembahasan tarif onjek online itu."
"Ya dan kita me-warning kepada Kementerian Perhubungan sesuai dengan apa yang tadi saya katakan itu, agar Kementerian Perhubungan hati-hati di dalam mempromosikan kembali terkait dengan tarif ojol ini karena masih tiga bulan yang lalu."
Tulus Abadi tidak menyetujui jika kenaikan tarif ojol dikarenakan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kedua kalau kenaikannya dikatakan masalah BBM, BBM juga belum naik malah turun," tegasnya.