Otomania.com - Komentar netizen soal desain sambungan Tol Cisumdawu bikin heboh, ahli UGM beri penjelasan ilmiahnya.
Beredar di media sosial sebuah unggahan yang menyebut biaya membangun jembatan lebih murah dibandingkan pembebasan lahan.
Dari cuitan akun Twitter @Biskota_pada Senin (23/5/2022) itu, terdapat gambar jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (tol Cisumdawu) di Jawa Barat yang berkelok.
Jalan tol Cisumdawu adalah sebuah jalan tol Trans Jawa dengan panjang 62,60 kilometer yang menghubungkan daerah Bandung, Sumedang, dan Majalengka.
Unggahan foto itu juga terlihat ada garis lurus berwarna merah yang digambar untuk menunjukkan jika jalan tol tersebut dibuat lurus kemungkinan akan lebih hemat pembiayaannya.
"Biaya bangun jembatan lebih murah dari pembebasan lahan kayaknya," tulis akun tersebut.
Terkait unggahan tersebut, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Siti Malkhamah menjelaskan, gambar tersebut merupakan sambungan jalan tol.
Ruas jalan tol Cisumdawu sendiri tepat berada di bawahnya.
Pembangunan sambungan tol Cisumdawu tidak dibuat lurus salah satunya karena adanya permukiman warga.
Biaya bangun jembatan lebih murah dari pembebasan lahan kayaknya pic.twitter.com/vSaJmwSNUa
— sjw mudik (@BisKota_) May 23, 2022
"Terkait ini, jalan yang berbelok-belok agar menghubungkan berbagai permukiman dan lain-lain. Sehingga hubungan sosial tetap terjaga dengan baik, tetap baik seperti sebelum jalan tol dibangun," kata Siti, dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/5/2022).
Selain itu dalam melakukan pembangunan jalan baik tol, alteri, dan arteri non-bebas hambatan, menurut Siti juga tidak boleh memiliki jalan lurus yang terlalu panjang.
Hal itu untuk menjamin keselamantan dan menjaga pengemudi untuk tidak mengantuk saat melewati jalan tersebut.
"Bagian lurus itu maksimal 2,5 menit. Nah, sesudah itu pengemudi biar fokus mengemudikan, sehingga nanti membelok, dan seterusnya begitu," jelasnya.
Pemilihan desain jalan dibuat berkelok-kelok, menurut Siti juga mempertimbangkan medan.
Selain itu juga bisa karena pertimbangan teknis teknologi yang sulit atau bahkan untuk menghindari biaya yang mahal.
Sehingga trase jalan alinyemen horisontal (kapan lurus, kapan belok) dirancang untuk memenuhi aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi.
"Jadi secara praktis itu ada tiga, ada tiga variabel mengapa dipilih jalan itu (dibuat) membelak-membelok," ujar Siti.
Pihak pembangun jalan juga memperhitungkan kecepatan maksimum kendaraan ketika melintasi kelokan tersebut.
Tak jarang ketika di belokan jalan terdapat rambu-rambu peringatan mengenai batas maksimum kecepatan.
"Ketika menikung itu keseimbangan kita kan seolah merasa terlempar ke luar, itu gaya sentrifugal, nah itu kan diimbangi oleh gaya gesekan (side friction)," tuturnya.
"Nah side friction itu ketika hujan akan berkurang, sehingga hati-hati ketika hujan, itu kurangi kecepatan," tandas Siti.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kenapa Jalan Tol Cisumdawu Dibuat Berkelok dan Tidak Lurus? Ini Kata Ahli UGM
Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR