Hasran baru menerima orderan pada sore hari hingga larut malam.
“Sore baru keluar narik sampai jam 12 malam baru balik ke rumah. Kasihan juga sih kadang dia (anaknya) kedinginan,” tuturnya.
Hasran menikahi istri akhir 2016.
Dua tahun kemudian pada Mei 2018, anak pertama yang kini hidup bersamanya lahir. Enam bulan berjalan sejak kelahiran itu, istri pergi meninggalkannya.
Kala itu, istrinya hanya meminta izin untuk membeli obat.
“Sejak itu dia pergi enggak kembali sampai sekarang,” kisah Hasran mengenang kepergian istrinya dua tahun lalu. Dua bulan mencari, Hasran tak kunjung mengetahui keberadaan istri.
Belakangan baru mengetahui istrinya telah menikah dengan pria lain. “Mereka kenalan lewat Facebook,” terang dia.
Sejak itu, anaknya dirawat oleh neneknya saat Hasnar bekerja di salah satu tempat penjualan pentol (bakso) di Samarinda Sebrang.
Namun, sebulan terakhir, ibu Hasran juga minggat usai mengadaikan sertifikat rumah peninggalan almarhum ayahnya ke pihak bank untuk modal usaha.
“Ibu sudah pergi tinggal bersama saudara. Sekarang sisa kami berdua (Hasran dan anaknya) tinggal di rumah itu. Kalau enggak bisa bayar bisa ditarik bank,” tutur dia.
Jika ramai orderan masuk, Hasran bisa mengantongi uang sebesar Rp 100.000.
“Karena sering narik malam. Saya juga enggak ambil orderan jauh. Kasihan anak saya. Kalau uang pelan-pelan bisa kita cari. Tapi kalau anak sakit lebih susah lagi,” jelas dia.
Hasran juga telah berusaha menghubungi istrinya untuk memberikan kabar anaknya sakit.
Namun, nomor ponsel miliknya telah diblokir istri.
Editor | : | Adi Wira Bhre Anggono |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR