"Setelah minyak keluar, kemudian dilanjutkan standar empat jam. Suhu derajat boleh diturunkan," ujar Widodo.
Seyogyanya untuk hasil yang bagus, cairan minyak tidak berwarna hitam.
Lanjut Widodo, setelah satu jam pertama (300 derajat), suhu panas bisa diturunkan di angka 250 atau 200 derajat.
"Kalau sabar di 200, 250 itu tetap mengalir (keluar minyak) dan hasilnya semakin bening.
Kalau suhunya terus dipanasin memang cepat habisnya, tapi hasilnya hitam," jelasnya.
"Pernah coba suhu panas sampai 400 derajat, hasilnya hitam. Saya akan terus akan perbaiki fasilitas, tungkunya," tandas Arif.
Baca Juga: Galau Mau Repaint Atau Pasang Decal Stiker, Simak Dulu Nih Komparasinya
Sementara itu, Kepala DLH Kotabaru Arif Fadilah, sangat mengapresiasi hasil karya mandiri Widodo memanfaatkan sampah plastik menjadi BBM jenis solar.
Arif mengakui keefektifan BBM hasil Pirolisis sampah-sampah plastik, setelah melalui proses uji coba menggerakkan mesin diesel dongfeng.
Memastikan keandalan cairan BBM hasil Pirolisis, ini Arif Fadilah berencana membawa dan memeriksakannya ke laboratorium di Jakarta.
"Bagaimana nanti hasil produknya, misalkan bagus dan standar bisa digunakan untuk mesin diesel. Mau diambil Pertamina silakan, tidak apa-apa. Tidak boleh dijual, ya tidak apa-apa," kata Arif Fadilah.
"Karena tujuannya hanya ingin memusnahkan sampah plastik. Dan, sudah ditemukan caranya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Banjarmasinpost.co.id dengan judul "Limbah Plastik Jadi BBM Solar, Inovasi Pekerja Bangunan Warga Kotabaru Ini Didukung DLH Kotabaru".
Editor | : | Adi Wira Bhre Anggono |
Sumber | : | Banjarmasinpost.co.id |
KOMENTAR