Otomania.com - Saat ini tidak jarang ditemukan para penjual ban bekas di Kota-kota besar.
Mereka menawarkan berbagai merek dan tipe ban mobil bekas dengan berbagai macam kondisi.
Harga yang ditawarkan pasti jauh lebih murah dibanding ban baru membuat ban mobil bekas memiliki konsumen tersendiri.
Untuk 1 ban sendiri harganya bisa 1/4 dari harga barunya.
Baca Juga: Suka Lihat Tanda Bulatan Kuning atau Merah di Ban Mobil, Ini Tujuannya
Namun, membeli ban mobil seken memiliki beberapa konsekuensi.
Zulpata Zainal, Senior Evaluator Technical Service PT Bridgestone Tire Indonesia mengungkapkan ada beberapa dampak yang harus diwaspadai saat beli ban bekas.
Pertama, berkurangnya usia pakai ini karena ban tersebut sudah dipakai dulu oleh pemilik sebelumnya.
Akibatnya waktu penggantian ban pun menjadi lebih cepat.
"Gambarannya begini, misalnya biasanya kita mengeluarkan biaya rutin untuk pembelian ban baru 2 tahun sekali, maka ketika membeli ban bekas biaya rutin yang dikeluarkan bisa maju menjadi 1,5 tahun sekali bahkan lebih cepat lagi," tegas Zulpata Zainal.
Baca Juga: Asal Isi Angin Ban Mobil, Lama-lama Bisa Bikin Kantong Bolong
Kedua, konsumen ban bekas tidak mendapatkan garansi bila terjadi kerusakan.
Setelah ban bekas dibeli, apa yang terjadi selanjutnya adalah tanggung jawab pembeli sepenuhnya.
Ketiga, saat membelinya sobat wajib memeriksanya dengan cermat.
Misalnya pastikan tread atau bagian telapak ban tidak rusak atau terpisah.
Baca Juga: Pelaku Memberitahu Ban Mobil Kempes, Rapi Dicek Uang Rp 13 Juta Lenyap
Atau pastikan bead atau bundelan kawat yang melekat pada pelek tidak bengkok.
Pasalnya, jika sudah bengkok maka akan mempengaruhi daya rekat ban dengan pelek.
Yang terpenting lagi, jangan sampai membeli ban bekas yang telah direkondisi atau vulkanisir.
Soalnya, ban hasil rekondisi rawan pecah dan kemampuan cengkeramnya kurang.
Jadi pikir-pikir dahulu jika ingin membeli ban bekas.
Artikel ini sudah tayang di GridOto.com dengan judul Waspada! Beli Ban Mobil Bekas, Ini Dampak Negatifnya Sob!
Editor | : | Indra Aditya |
KOMENTAR