Otomania.com - Motor dari Yamaha keluaran terbaru rata-rata sudah mengaplikasikan teknologi VVA pada mesinnya.
VVA sendiri adalah Variable Valve Actuation yang bekerja berpatokan pada putaran mesin atau RPM.
Contohnya selenoid actuator di Yamaha NMAX bekerja pada 6.000 rpm saat akselerasi dan 5.500 rpm saat deselerasi.
Selenoid actuator adalah komponen yang berfungsi untuk mendorong pin untuk berpindah ke profil kem lebih tinggi.
(BACA JUGA: Yamaha Tanggapi Matik Hybrid: Kalau Hanya Irit dan Power, Sama Enggak Dengan VVA?)
Ingat, dalam sistem VVA, kem yang digunakan memiliki dua profil kem isap dan satu profil kem buang.
Satu profil kem isap untuk memfokuskan tenaga di putaran bawah dan satu profil kem lagi untuk membuat tenaga atas motor lebih jalan.
"Tujuannya untuk mendapatkan performa yang baik di semua putaran mesin. Dengan satu profil kem, biasanya akan ada yang dikorbankan."
"Kalau bawahnya enak atasnya kurang bertenaga, begitu juga sebaliknya. Dengan VVA yang memiliki dua profil kem, atas-bawah selalu bertenaga," yakin M Abidin, GM Aftersales & Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Sederhananya, saat motor berjalan di bawah putaran mesin 6.000 rpm maka akan bekerja pada profil kem isap satu yang ditujukan untuk putaran mesin rendah.
(BACA JUGA: Beda Teknologi VVA R15, NMAX, dan Aerox 155)
Nah, ketika mesin digeber melebihi 6.000 rpm maka secara otomatis selenoid akan diperintahkan ECU untuk mendorong rocker arm isap pindah ke profil kem lebih tinggi.
Begitupun saat deselerasi, saat putaran mesin kurang dari 5.500 rpm otomatis dorongan selenoid actuator akan berhenti sehingga mesin bekerja di profil kem yang lebih rendah lagi.
Teknologi VVA inilah yang bikin tenaga mesin bisa terasa terus mengisi di setiap putaran mesin, dan bisa bikin konsumsi BBM lebih irit.
Jadi ingat, bekerjanya bukan berdasarkan kecepatan motor, tetapi berdasarkan putaran mesin.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR