Otomania.com - Busi bertugas sebagai penyalur percikan api ke ruang bakar pada mesin kendaraan, oleh karena itu keberadaannya cukup penting. Namun demikian, busi tetap ada masa pakainya.
Saat mengalami masalah dan berniat untuk melakukan pergantian busi atau melakukan pengecekan dan pembersihan, banyak pengguna yang dengan ceroboh mensubstitusi alias saling tukar busi antar motor.
Salah satu alasannya untuk mencari busi yang sama namun lebih mudah didapat ataupun punya harga yang lebih murah. Padahal cara seperti dapat berdampak serius sampai piston pecah. Sebab setiap motor memiliki spek busi sendiri-sendiri.
Diko Oktavianto, Technical Support PT NGK Busi Indonesia menjelaskan dan memberi contoh. Busi Honda Supra dipasangkan di Honda CBR150R itu berbahaya meskipun secara bentuk sama.
(BACA JUGA: Beda Konsep Honda PCX dan Yamaha NMAX)
Masalahnya adalah heat rating busi Supra di bawah heat rating busi standar CBR150. Insulator menjadi tidak kuat menahan panas dan berisiko pecah. Jika sampai pecah, serpihannya akan terkurung di dalam ruang bakar yang bisa membuat boring baret dan piston bermasalah.
“Kalau nilai heat rating busi substitusinya naik boleh. Misal motor A standarnya pakai busi dengan heat rating 5. Dipasangkan busi heat rating 6 tidak apa-apa," tambah Diko.
Itu pun akan memunculkan efek ke mesin walaupun tidak berbahaya.
"Paling kendalanya motor lebih sulit dihidupkan dalam kondisi dingin. Kalau ganti dengan busi yang heat rating lebih rendah dari standar jangan dicoba,” ujar Diko.
Saat substitusi busi perhatikan juga dimensi busi yang akan digunakan. Piston pecah bisa terjadi karena busi yang digunakan substitusi ternyata lebih panjang yang membuatnya mentok ke kepala piston di dalam ruang bakar.
Ini bisa membuat piston pecah dan butuh banyak biaya untuk perbaikannya.
Editor | : | Donny Apriliananda |
Sumber | : | Motorplus.gridoto.com |
KOMENTAR