Jakarta, Otomania – Model motor yang pernah sangat digemari di Indonesia, bebek alias cub atau underbone terus memudar. Asosiasi Sepedamotor Indonesia (AISI) memprediksi, tahun ini pasar bebek pun menurun sebab tidak kelihatan ada minat tambahan dari konsumen.
Alasan utamanya karena masyarakat terus-terusan beralih ke skuter matik (skutik) yang dipakai lebih gampang cuma gas dan rem, ketimbang pakai oper gigi pada bebek. Bukan hanya itu, konsumen tipikal bebek juga lari ke model sport yang kini semakin banyak pilihannya. Artinya, bebek digencet skutik dan sport.
Gunadi Sindhuwinata, Ketua AISI mengatakan tidak bisa memprediksi kapan pasar bebek bakal mati, sebab konsumen konservatif masih ada. Pasar bebek dikatakan bakal bertahan, namun terus menciut.
“Tren ini bukan karena model, tapi konsumen. Tren mengejar bebek tidak tampak,” kata Gunadi di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Menurut data AISI pada Januari – November 2016, hasil bebek sebesar 559.586 unit atau 10,19 persen dari total pasar motor yang mencapai 5,49 juta unit. Sepanjang 2015, bebek laku 858.240 unit, pangsa pasarnya 13,24 persen.
Skutik tetap raja
Pada 2017, Gunadi mengatakan tidak ada pertumbuhan penjualan motor. Hasilnya bakalan sama seperti 2016 yang diprediksi hanya mencapai 6 juta unit. Tahun lalu, total pencapaian dari lima merek anggota AISI sebesar 6,48 juta unit.
“Flat. Artinya kami siap menerima kenyataan semester pertama agak turun, tapi total akan mencapai apa yang kami hasilkan di tahun ini (2016),” kata Gunadi di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Gunadi menjelaskan ada kemungkinan terjadi tren penurunan pada semester pertama 2017. Meski begitu diyakini perbaikan terjadi pada semester kedua.
“Kalau terjadi peningkatan, pasti 2018 akan membaik. Segmen unggulan 2017 sama, skutik mau tidak mau masih merajai. Bebek bisa turun lagi, sport nampaknya membesar tapi saya pikir itu tidak terlalu besar,” papar Gunadi.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR