Jakarta, Otomania - Selain sopir taksi online yang sudah beroperasi menggunakan mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC), kerugian juga dialami oleh calon mitra taksi online. Pasalnya, mereka sudah melakukan pembelian mobil bekas LCGC yang memang direncanakan untuk dijadikan taksi berbasis aplikasi.
Manajer Pemasaran Senior WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih menjelaskan bahwa secara dampak sebenarnya bukan hanya ke pedagang, melainkan justru konsumen yang sudah telanjur membeli LCGC.
"Bukan hanya pedagang dan sopir yang sudah pakai saja, tapi lebih sakit lagi sudah telanjur beli kredit baru-baru ini. Rencana mereka kredit untuk usaha, kalau benar-benar tidak diperbolehkan, bagaimana nasibnya," ucap Herjanto kepada Otomania, Selasa (11/10/2016).
Menurut dia, kebijakan larangan mobil di bawah 1.300 cc dianggap tidak tepat. Terlebih dengan adanya pernyataan dari dinas perhubungan yang mengatakan mobil berkubikasi kecil tidak aman dan nyaman digunakan untuk transportasi umum berbasis online.
"Logikanya kalau tidak nyaman pasti tidak ada yang beli, tapi justru sebaliknya. Kalau dinilai tidak aman, pihak pabrikan pembuat juga harus ditegur oleh Dishub dong. Jadi menurut saya sih mengada-ada saja karena tidak jelas alasannya," kata dia lagi.
Herjanto menjelaskan akibat adanya peraturan tersebut bisa jadi konsumen yang sudah membeli, kembali menjualnya lagi. Sedangkan ketika ditanya apakah akan harga LCGC mobkas akan droop, ia mengatakan belum sampai ke arah sana.
"Harga mobkas memang sedang ada penurunan, tapi kalau karena tidak bisa di jadikan taksi lalu bikin harga jual mobkas LCGC hancur, rasanya belum sampai ke arah sana. Konsumen itu kan berbeda-beda tujuan beli mobkasnya, tidak semua untuk usaha taksi," ujar Herjanto.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR