"Secara desain ini keren. Kebetulan ketemu dengan selera saya yang dasarnya memang suka dengan gaya-gaya custom dan vintage. Intinya beda lah dari tampilan orang lain," ujar Omesh yang memesan VEB model E-Tracker dengan warna full black, kepada Otomania, Jakarta, awal Juli lalu.
Dengan mengincar para kaum urban di perkotaan, tren sepeda listrik bukan hanya menjadi alat transportasi modern yang mengedepankan sisi teknologi, fungsi dan olahraga. Tetapi juga sebagai penunjang gaya hidup yang ramah lingkungan bagi para pemiliknya.
Kalau untuk sepeda listrik, lanjut Omesh, ini pertama kalinya ia mengaku pernah beli. Selain kesan vintage, kecepatan dan pengisian baterai yang lebih singkat jadi alasannya. "Ini bakal menjadi inovasi baru dengan mengedepankan fashion dan menjadi sebuah ‘culture’ atau tren kendaraan alternatif, sama kaya tren sepeda fixie yang sempat mengumandang.
"Sudah nyoba sih beberapa waktu lalu, malem-malem iseng pakai ini. Banyak orang naik sepeda motor melihat sepedanya dari pada saya. Iseng ngebut pakai pakai mesin listrik, sampai akhirnya berada di samping biker tadi, gantian saya liatin balik mereka," kata Omesh, berkelakar.
Hobi
Selain aktif di dunia entertainment, Omesh juga dikenal sebagai penghobi sepeda motor. Koleksinya cukup beragam, mulai dari Harley, Vespa, Triumph dan sekarang sepeda listrik.
"Di sini (Jakarta) itu ada Harley Davidson Softails Breakout, Softails STS Anniversary 1998, Triumph Scrambler, Honda Mongkey limited edition Momon, Vespa GTV, Primafera, BSA M20, GSX 750 custom cafe racer, dan Binter Merzy. Sisanya ada lagi, tapi di Bandung," ucap Omesh.
Ketika menentukan membali sepeda motor baru, jelas Omesh, ada beberapa pertimbangan tertentu ketika mau memutuskan. "Jadi harus ada nilai tertentunya, seperti unik, bisa untuk invetasi, jarang yang punya. Intinya tidak cuma sekadar mengoleksi dan suka saja," ucap Omesh, menutup pembicaraan.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR