Jakarta, Otomania - Sepeda listrik (E-Bike) mulai jadi tren baru di dunia, tak terkecuali Indonesia. Buktinya, Italjet, merek asal Italia sudah berencana memasarkan sepeda listriknya, September mendatang. Mungkin alasan ini juga yang memicu para penguasaha nasional untuk ikut mengambil kesempatan dengan memperkenalkan sepeda listrik buatan lokal di ajang Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, Jakarta Pusat.
Adalah, "Selis" merek lokal yang merupakan akronim dari Sepeda Listrik, diklaim sebagai buatan asli Indonesia. Selis merupakan hasil kreasi PT Juara Bike, perusahaan sepeda lokal.
"Ini E-Bike lokal Indonesia, dibuat dan dirancang di sini. Tapi untuk dinamonya kita memang masih datangkan dari China," ujar salah satu wiraniaga Selis di Kemayoran, Sabtu (30/5/2015).
Selama PRJ, PT Juara Bike terlihat tampil all out dengan menampilkan berbagai model dan tipe pilihan, guna menarik perhatian pengunjung. Beberapa model yang dipamerkan, antara lain berbentuk sepeda, skutik, balancing scooter, bahkan kursi roda untuk penyandang cacat.
Khusus untuk dua model sepeda motor listrik yang dipamerkan diberi nama, Merak dan Jalak. Bentuknya seperti skutik pada umumnya, bahkan mirip model yang dimiliki salah satu merek asal Jepang. Bedanya, motor ini hanya mengandalkan dinamo listrik sebagai sumber tenaga, dengan kode BLDC 2000W dan baterai 72V 20AH. Meski kompak, motor listrik ini diklaim bisa ngebut hingga 80 kpj.
Pelek kedua motor listrik ini cukup lebar, 16 inci dan sudah dilengkapi dengan alarm pengaman. Menariknya, bagi pemilik Selis tidak perlu menggunakan surat-surat layaknya sepeda motor bermesin konvensional. Selain itu, pengendara juga bebas biaya bensin, cukup meluangkan waktu empat sampai lima jam untuk mengisi ulang baterai yang digunakan.
Selain memasarkan, PT Juara Bike juga mengaku siap menjamin layanan purna jual bagi seluruh konsumennya. Bagi Anda yang tertarik, bisa langsung datang ke PRJ dan siapkan uang Rp 20,5 juta untuk menebusnya. Harga sama ditawarkan untuk kedua model yang berbeda wujud itu.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR