Sosok montir ini menyebut dirinya sebagai montir lepas. Disebut demikian karena keberadaannya tidak terikat dengan toko maupun bengkel yang ada di sana. Mereka hanya menawarkan jasa kepada konsumen yang membutuhkan.
"Kita biasanya disebutnya montir lepas, tapi kadang ada juga yang sebut montir liar atau montir dadakan. Namun kita kurang suka disebut liar, mungkin lebih pas montir lepas saja," ujar Abbas yang sudah menjadi montir lepas di sentra penjualan aksesoris, Jalan Otista, Jakarta Timur, sejak 1998 silam.
Pria 52 tahun ini menambahkan, biasanya memang para pengunjung kebanyakan ada yang merasa takut. Entah karena takut ditipu atau ditagih biaya dengan harga yang mahal.
"Biasanya memang terlihat ada rasa takut dan enggan menggunakan jasa kami, mungkin karena terlihat seperti calo, tapi kita semua di sini orang baik baik dan memang saling bekerja sama dengan toko, mereka yang menjual barang kita yang menjual jasa pasang," tandas Abbas saat berbincang dengan Otomania, Selasa (12/5/2015).
Andi, montir lepas lainnya mengatakan, biaya ongkos pasang biasanya berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 50.000 disesuaikan dengan tingkat kesulitan. Jika sedang ramai, penghasilan dalam satu hari bisa mencapai Rp 500.000. Keuntungan yang diperoleh juga tidak hanya dari jasa pasang tapi juga bisa dari lebihan penjualan aksesori.
"Sehari biasanya bisa dapat Rp 100.000 kalau sedang kondisi normal. Jika sedang ramai seperti pada hari libur atau akhir pekan, bisa mencapai Rp 500.000. Tapi itu cukup langka. Kalau orang yang pasang sedang sepi, pendapatan cukup terbantu dengan lebihan penjualan aksesoris," ujar Andi.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR