Langkah tersebut sudah mulai dikembangkan Ford. Jok yang akan dipasang pada model terbaru sudah dilengkapi dengan elektroda sensitif, yang memonitor detak jantung pengemudi. Teknologi ini bekerja dengan kamera yang memantau pergerakan kepala dan sensor yang ada di setir.
Jika ada tanda-tanda kemungkinan serangan jantung, komputer akan mengambil alih setir dan rem, memandu mobil berhenti dengan aman. Saat mobil sudah berhenti, sistem akan mengaktifkan ponsel pengemudi untuk mengirimkan pesan pada rumah sakit atau ambulans.
Dr. Achim Lindner, Medical Officer dari Ford Research Centre mengatakan, teknologi ini tak hanya membawa keuntungan untuk pengemudi, tetapi juga membuat jalanan semakin aman.
Dari salah satu penelitian selama tiga tahun yang dilakukan di Uni Eropa, orang yang mengalami serangan jantung, 23 persennya menyebabkan kecelakaan di jalan.
Ford mengatakan bahwa 30 persen penduduk Eropa pada 2050 nanti akan berusia 65 tahun, dan rawan untuk melakukan kegiatan mengemudi. Artinya, risiko serangan jantung akan tumbuh secara perlahan.
Pim Van der Jagt, Managing Director Ford Research Centre di Aachen, Jerman, mengatakan bahwa Ford sudah mulai mengembangkan teknologi ini sejak 2011. Kendati demikian, berdasarkan analisa perusahaan, butuh setidaknya lima tahun untuk membuat teknologi ini semakin matang. Disinyalir, penggunaan teknologi ini akan dimulai pada 2020 mendatang.
Editor | : | Aris F Harvenda |
KOMENTAR