Saat dihubungi lewat sambungan telepon, Purwito tampak tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Dengan suara yang sangat berat, ia menyebut luka bakar anaknya kini berangsur membaik, setelah satu bulan dirawat secara intensif di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman.
"Luka bakarnya 32,5 persen. Sekarang tinggal menunggu tangan kiri, leher dan dada. Kalau yang kaki, tangan kanan, dan muka sudah kering. Kondisinya sadar, tapi di hari 1-13 kemarin benar-benar ngga bisa apa-apa, baru hari ke 14 mulai bisa makan, meski harus bubur itu," tuturnya.
Hanya saja, ia pun tak memungkiri, pihaknya mengalami kesulitan soal pembiayaan.
Bukan tanpa sebab, sejak awal dokter di rumah sakit plat merah tersebut sudah mewanti-wanti, bahwa biaya perawatan korban DT yang terbilang parah itu cukup besar, yakni di kisaran Rp 100-180 juta.
"Makanya, saya minta bantuan Kita Bisa untuk dilakukan penggalangan dana, karena biayanya tidak sedikit dan tidak tercover BPJS, karena masuk kriminal," keluhnya.
Purwito pun berharap aparat kepolisian bisa secepatnya meringkus para pelaku yang sebenarnya merupakan teman dari anaknya sendiri.
"Pelakunya konco dewe (teman sendiri) itu. Sepertinya salah satunya juga pernah datang ke rumah sebelumnya. Itu kan yang datang bertiga, tapi pelakunya (pembakaran) cuma seorang. Larinya bertiga mungkin," lanjutnya.
Dengan tegas, ia menyatakan enggan menempuh jalan damai untuk kejadian tragis itu.
"Kalau damai enggak mau, intinya proses hukum. Kalau dia sudah membawa bensin dan masuk ke dalam kamar, itu kan berarti perbuatannya terencana," ungkap Purwito.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kronologi Pemuda di Jogja Dibakar Teman Sendiri, Cekcok soal Ikan dan Knalpot Jadi Awal Petaka,