Otomania.com - Raup penghasilan Rp 20 juta sehari, sosok Haji Endang pemilik usaha jembatan apung Sungai Citarum jadi sorotan.
Usaha jembatan penyeberangan di atas sungai Citarum yang berlokasi di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, Jawa Barat tengah menjadi perbincangan publik.
Pasalnya jembatan apung tersebut diakui oleh para warga sekitar sangat membantu aktivitas sehari-hari serta sukses menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.
Adalah Muhammad Endang Junaedi (62), atau akrab disapa Haji Endang yang merupakan sosok di balik pemilik usaha jembatan penyeberangan itu.
Setelah jembatan penyeberangan itu terkenal, sontak nama Haji Endang juga ikut viral karena diketahui pendapatannya mencapai Rp 20 juta per hari dari usahanya tersebut.
Kepada Cikwan Suwandi dari Tribun Jabar, Haji Endang bercerita, usahanya itu dimulai 2010.
Endang yang sudah dikenal sebagai salah satu tokoh di Desa Anggadita tersebut diminta oleh sesepuh desa Haji Usup agar membuat penyeberangan perahu untuk memajukan perekonomian di Dusun Rumambe 1.
Endang mengatakan, saat itu jalan desa tersebut merupakan jalan buntu, hanya digunakan untuk penyeberangan kerbau.
Baca Juga: Awas Bahaya, Ini Alasan Kenapa Dilarang Mendahului di Jembatan dan Terowongan : Street Manners
Sedangkan di seberangnya dusun tersebut merupakan Desa Parungmulya sebagai wilayah kawasan industri.
"Saya minta izin dengan pak bupati saat itu, Pak Dadang S Muchtar. Saya datang. Pak bupati bagaimana kalau kita usaha bareng dengan Pemkab Karawang, untuk membuat jalur penyeberangan, tetapi beliau minta saya sendiri saja. Karena sudah ada izin, saya beranikan diri," kata Endang kepada Tribun Jabar, Rabu (29/12/2021).
Mulainya, ia membuat perahu dengan kapasitas sekitar dua puluh motor. Perahu itu ditarik menggunakan tali untuk menyeberang.
"Awalnya sehari juga cuma dapat Rp16 ribu. Bahkan ada beberapa warga yang menganggap khawatir jika ada penyeberangan itu bakal bikin bising dan banyak maling."
"Saya kemudian meminta izin dan banyak tokoh setuju. Walau hasilnya sedikit saya tekuni karena tujuan saya untuk membantu perekonomian warga," katanya.
Lambat laun karyawan yang hendak pergi ke kawasan industri dengan menyeberang mulai ramai. Kemudian ia menambah perahu penyeberangan menjadi dua.
"Saya tambah satu lagi, jadi ada dua perahu eret. Bolak-balik," katanya.
Banyak diskusi dengan pegawainya, Endang kemudian mempunyai ide untuk membuat penyeberangan dengan sistem perahu ponton.
Baca Juga: Viral, Belum Diresmikan Konvoi Moge Harley-Davidson Lewat Jembatan Alalak I, Apa Kata Nitizen?
Awalnya ia membeli puluhan perahu kayu dan sisanya dibuat sendiri.
Untuk mengurangi risiko kerugian dan kecelakaan bagi warga yang menyeberang, Endang pun mulai membuat perahu ponton dari besi. Saat ini jumlahnya mencapai 15 unit.
"Saya pinjam ke bank untuk modalnya," katanya.
Modalnya jika ditotal dan dibuat sekaligus menurut Endang bisa mencapai Rp 5 miliar.
Baca Juga: Tragis, Pajero Hantam Pagar Jembatan Nyebur Ke Sungai, Suami dan Tiga Anak Tak Tertolong
Untuk hari kerja, Endang akui satu hari satu malam itu sekitar sepuluh ribu kendaraan roda dua menyeberang. Dengan tarif Rp2.000 sekali menyeberang.
"Tetapi kalau ada pengendara yang tidak punya uang, uangnya cuma seribu atau lima ratus, kita juga tidak larang untuk menyeberang. Silahkan saja," katanya.
Saat ini ia memiliki 40 karyawan.
Mereka dibagi-bagi menjadi beberapa divisi yang memungut bayaran, menyiapkan pengembalian, lalu menyiapkan dan mengontrol perahu penyeberangan serta menjaga sampah yang menyangkut ke perahu.
"Kalau sekarang alhamdulillah, sampah tidak terlalu banyak semenjak ada Citarum Harum. Selain itu air sungai juga sudah tidak hitam," katanya.
Sejak jembatan penyeberangan itu dibangun, ekonomi di sekitarnya pun turut tumbuh. Banyak warga berjualan di pinggir jalan.
"Alhamdulillah, sekarang ekonomi warga sekitar meningkat. Banyak mereka yang berjualan," katanya.
Selain itu, Haji Endang juga memperbaiki jalan dari hasil penyeberangan tersebut.
Salah sorang pengendara, Kardi (52) mengaku sangat terbantu dengan adanya jembatan penyeberangan itu. Sebab, jika tidak ada ia harus berjalan memutar yang membutuhkan waktu sekitar satu jam.
"Saya bisa enam kali lewat sini (jembatan penyeberangan)," kata dia.
Kardi menyebutkan, penyeberangan itu membuat usahanya menjajakan kue ke warung-warung sangat terbantu.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul CERITA Haji Endang di Karawang Untung Rp 20 Juta Sehari di Jembatan Penyebrangan Sungai Citarum