Otomania.com - Kisah warga Dusun Bunut yang bertahan di tengah sirkuit Mandalika, akses keluar masuk kampung harus pakai barang 'sakti'.
Di tengah euforia gelaran WorldSBK Indonesia 2021 bulan November lalu, ternyata ada kisah yang mungkin belum diketahui oleh banyak masyarakat.
Kisah yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat tersebut datang dari warga Dusun Bunut, Mandalika, Sandubaya, Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Dusun Bunut adalah salah satu dusun yang terdampak pembangunan sirkuit yang jadi tuan rumah WorldSBK Indonesia 2021 beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Mantap! Presiden Tunjuk Mantan Panglima TNI Kawal MotoGP Mandalika 2022, Ini Yang Akan Dilakukannya
Lebih tepatnya, Dusun Bunut ini berada tidak jauh dari tikungan 5, 6, 7, dan 8 sirkuit Mandalika.
Hingga gelaran WorldSBK Indonesia 2021 digelar, masih ada sejumlah warga yang masih menempati rumahnya di sana.
Salah satu warga Dusun Bunut yang bernama Rame mengaku, kalau keluarganya terganggu dengan raungan motor para pembalap.
"Kalau terganggu ya pasti. Tapi mau bagaimana lagi," buka Rame, yang masih bertahan di area tengah sirkuit.
Baca Juga: Petinggi F1 Keciduk Nonton WorldSBK Indonesia, Tertarik Gelar Balap Jet Darat di Sirkuit Mandalika?
Lantaran tanah mereka belum dibeli, para warga ini memilih bertahan di dalam venue saat WorldSBK Indonesia 2021 digelar.
Selain itu, hewan ternak seperti sapi milik warga yang mayoritas adalah nelayan, juga 'terpenjara' di area tengah sirkuit.
Namun, pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola Sirkuit Mandalika saat itu mewanti-wanti agar sapi diikat selama event berlangsung.
"Sapi di sini semuanya terikat. Banyak juga yang sudah dimasukan ke kandang karena panitia sudah mewanti-wantinya," tutur Rame.
Agar memiliki akses keluar dan masuk area sirkuit, warga Dusun Bunut harus memakai gelang 'sakti' atau gelang pengenal.
Tanpa gelang tersebut, mereka tak bisa melewati penjagaan ketat sirkuit Mandalika selama WorldSBK Indonesia berlangsung.
Meski begitu, sejatinya warga setempat sudah bersedia meninggalkan rumahnya di Dusun Bunut dan pindah ke daerah lain.
Soal uang ganti rugi pembayaran tanah, ITDC dan warga juga sudah sepakat di angka Rp 75 juta per are (100 meter persegi).
Suprayadi (warga Dusun Bunut lainnya) saat itu menjelaskan, rata-rata warga setempat memiliki lebih dari 20 are untuk satu keluarga besar (lebih dari satu KK).
"Harga tanah sudah disetujui Rp75 juta per are. Tapi ini ada bangunan, dan mereka belum kasih harga untuk bangunannya," sambung Suprayadi.
Sebelumnya, pembebasan lahan juga sempat menghambat pengerjaan drainase yang tidak jauh dari tikungan 13 di sirkuit Mandalika.
Alhasil pengerjaan drainase di sisi kanan track line sempat terputus dan harus menunggu beberapa rumah warga dibongkar.
Permasalahan tersebut pun berhasil diatasi dan para warga yang sempat bertahan bersedia direlokasi.