Mau Bangun Baterai Mobil Listrik di Indonesia? 60% Nikel Harus Diolah di Dalam Negeri

Parwata - Senin, 11 Januari 2021 | 11:00 WIB

Ilustrasi baterai mobil listrik LG Chem(https://www.caixinglobal.com/) (Parwata - )

Otomania.com - Mau Bangun Baterai Mobil Listrik di Indonesia? 60% Nikel Harus Diolah di Dalam Negeri

Dalam kerjasama pembangunan pabrik baterai mobil listrik, Komenko Marves mengajukan syarat.

Salah satunya adalah 60% dari nikel yang akan dipasok dapat diproses menjadi baterai di Indonesia.

Melansir dari Kontan.co,id, Indonesia sedang menjaring investasi asing untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik.

Sejumlah kerjasama tengah dijajaki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang nantinya akan tergabung dalam holding baterai Indonesia.

Kesepakatan awal sudah diteken antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dengan konsorsium CATL, perusahaan baterai terkemuka asal China.

Baca Juga: Bukan SPBU, Ini SPKLU Pertama Milik Pertamina, Jual Lisrik Dalam Bentuk Fast Charging Untuk Mobil Listrik

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengungkapkan, dalam kerjasama tersebut pihak Indonesia mengajukan syarat agar 60% dari nikel yang akan dipasok dapat diproses menjadi baterai di Indonesia.

Kata dia, pihak CATL pun merespons syarat tersebut dan berkomitmen untuk mengolah 60% nikel yang dipasok Antam di dalam negeri.

Negosiasi tahap lanjut pun terus dijalankan oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin bersama Antam.

Rencananya, baterai kendaraan listrik ini pun bisa diproduksi mulai tahun 2024.

"60% dari nikel yang mereka peroleh harus diproses menjadi baterai di Indonesia. Ini adalah permintaan kita," ungkap Septian dalam acara Indonesia Mining Outlook, Selasa (15/12).

"Jadi kita nggak mau mereka dapat nikel kita, tapi proses baterainya di luar negeri," sambungnya.

Lebih lanjut, Septian mengungkapkan, beberapa waktu lalu di Yunan, pihaknya juga sudah melakukan pembicaraan untuk meminta pabrikan mobil listrik asal China bisa berinvestasi di Indonesia.

Targetnya, ada investasi yang masuk sekitar US$ 5 miliar pada tahun 2024.

"Beberapa waktu lalu juga saya bertemu mereka di Yunan, mereka juga berkomitmen membawa pabrikan mobil listriknya. Targetnya 2024 mereka investasi kira kira US$ 5 miliar," terang Septian.

Selain dengan konsorsium CATL, saat ini anggota holding baterai BUMN juga sedang menjajaki kerjasama dengan LG Chem Ltd dari Korea Selatan.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga sedang mendekati produsen baterai dan mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat, Tesla.

Baca Juga: Land Rover Discovery Versi Kecil, Muat 5 Penumpang Cuma 60 Jutaan! Ternyata Berpenggerak Listrik

"CATL dan LG Chem dua perusahaan teknologi lithium baterai paling advanced di dunia, selain Tesla. Jadi kalau bisa mendapatkan tiga nama itu masuk di Indonesia, mereka bikin pabrik mobil listrik, ini langkah yang sangat baik," ujar Septian.

Dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, CEO MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan, Indonesia Battery Holding (IBH) akan menggarap industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

IBH nantinya terdiri dari PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), holding pertambangan BUMN Inalum (MIND ID), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Anggota holding baterai pun terbuka untuk membentuk joint venture (JV) atau menggandeng mitra dari dalam negeri maupun asing, pada setiap rantai bisnis (value chain) industri baterai.

"Kami terbuka untuk mitra domestik maupun asing masuk ke dalam JV, yang dapat dibentuk dengan mitra pada setiap value chain yang terintegrasi sejak tambang sampai baterai," terang Orias.

Saat ini, ada dua perusahaan electric vehicle (EV) battery global yang sedang melakukan penjajakan kerja sama yakni konsorsium CATL asal China, serta LG Chem Ltd dari Korea Selatan.

Untuk CATL, pembahasan kerjasama sedang dilakukan bersama ANTM. Kesepakatan awal (MoU) pun sudah diteken.

Sedangkan untuk LG Chem, penjajakan sudah dilakukan melalui ANTM dan Badan Koordinasai Penanaman Modal (BKPM).

Namun negosiasi lanjutan akan dikerjakan oleh Pertamina.

"Jadi CATL akan lanjut negosiasi dengan Antam, untuk LG Chem negosiasinya dipimpin oleh Pertamina. Ini pembagian tugas, sesuai arahan Menteri BUMN supaya bisa berjalan dengan cepat rencana untuk holding baterai ini dan kerjasama dengan mitra-mitra asing," jelas Orias.

Baca Juga: Heboh! Mobil Listrik Tiga Penumpang Ini Lebih Murah Dari Honda BeAT

Targetnya, skema kerja sama dengan calon mitra yakni konsorsium CATL dan LG Chem bisa rampung di awal 2021.

"Diharapkan awal tahun depan bisa ada kesepakatan dengan calon mitra dan di dalam value chain baterai ini, baik tambang sampai dengan battery pack dan masuk sampai ke pada daur ulangnya, bisa sepakati.

Jadi ini yang disiapkan, dan negosiasi berjalan terus dengan masing-masing pihak," terang Orias.

Investasi baterai kendaraan listrik ini juga terkait dengan strategi hilirisasi tambang, khususnya nikel.

Kata Orias, Menteri BUMN Erick Thohir pun meminta agar proses hilirisasi nikel tak lagi berhenti pada ekspor produk setengah jadi.

Menurutnya, harus ada batas minimal 60% - 70% pengelolaan nikel di dalam negeri untuk industri baterai.

"Berdasarkan instruksi dari Pak Menteri BUMN, bahwa nikel yang diproses harus sampai baterai, minimal 60%-70% yang diserahkan untuk diproses itu jangan setengah jalan, tapi sampai ke baterai pack ke bawahnya," imbuh Orias.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul " Pabrik baterai mobil listrik, Kemenko Marves: 60% nikel harus diolah di Indonesia"