Rencananya, baterai kendaraan listrik ini pun bisa diproduksi mulai tahun 2024.
"60% dari nikel yang mereka peroleh harus diproses menjadi baterai di Indonesia. Ini adalah permintaan kita," ungkap Septian dalam acara Indonesia Mining Outlook, Selasa (15/12).
"Jadi kita nggak mau mereka dapat nikel kita, tapi proses baterainya di luar negeri," sambungnya.
Lebih lanjut, Septian mengungkapkan, beberapa waktu lalu di Yunan, pihaknya juga sudah melakukan pembicaraan untuk meminta pabrikan mobil listrik asal China bisa berinvestasi di Indonesia.
Targetnya, ada investasi yang masuk sekitar US$ 5 miliar pada tahun 2024.
"Beberapa waktu lalu juga saya bertemu mereka di Yunan, mereka juga berkomitmen membawa pabrikan mobil listriknya. Targetnya 2024 mereka investasi kira kira US$ 5 miliar," terang Septian.
Selain dengan konsorsium CATL, saat ini anggota holding baterai BUMN juga sedang menjajaki kerjasama dengan LG Chem Ltd dari Korea Selatan.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga sedang mendekati produsen baterai dan mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat, Tesla.
Baca Juga: Land Rover Discovery Versi Kecil, Muat 5 Penumpang Cuma 60 Jutaan! Ternyata Berpenggerak Listrik
"CATL dan LG Chem dua perusahaan teknologi lithium baterai paling advanced di dunia, selain Tesla. Jadi kalau bisa mendapatkan tiga nama itu masuk di Indonesia, mereka bikin pabrik mobil listrik, ini langkah yang sangat baik," ujar Septian.