Ini 7 Pabrikan Mobil yang Cabut dari Indonesia Selama 20 Tahun Belakangan

Adi Wira Bhre Anggono - Kamis, 17 September 2020 | 10:40 WIB

Opel Blazer (Adi Wira Bhre Anggono - )

Infiniti merupakan sub-merek yang menjual segmen mobil premium di bawah bendera PT Nissan Motor Indonesia. Melakukan debut perdana pada 2011, penjualan mobilnya berhasil mencapai 56 unit.

Namun pada tahun-tahun berikutnya angka penjualan Infiniti terus terjadi penurunan hingga pada akhirnya produsen memutuskan untuk menghentikan aktivitas pemasaran di pertengahan 2018.

Sebelum keputusan tersebut, Infiniti sempat tidak dapat menjual satu unit mobil pun pada 2017.

6. Datsun

Taufiq / GridOto.com
Datsun GO-Live di ajang GIIAS 2018

Tak berselang lama, PT Nissan Motor Indonesia kembali terpaksa harus merelakan sub-merek yang dipasarkannya, Datsun, pada Maret 2020 menyusul keputusan prinsipal atas perlambatan pertumbuhan volume penjualan dan krisis internal.

Kabar atas hengkangnya Datsun sebenarnya sudah santer terdengar sejak akhir 2019. Kemudian kabar tersebut diperkuat oleh dihentikannya produksi dan distribusi model terbaru Datsun Indonesia, Go Cross.

"Akhir dari produksi kendaraan adalah bagian dari rencana optimisasi yang mencangkup pembenahan, optimalisasi produksi, dan penataan ulang operasi bisnis," ujar President Director PT Nissan Motor Indonesia Isao Sekiguchi.

Kendati demikian, pihak Nissan tetap berkomitmen soal layanan purna jual seperti ketersediaan suku cadang dan jaminan garansi Datsun.

7. Geely

Febri Ardani/Otomania
Diler Motorave di Hasyim Ashari, Jakarta Pusat, masih menawarkan mobil Geely dan Chery.

PT Geely Mobil Indonesia (GMI) sempat berupaya untuk mendobrak dominasi mobil Eropa dan Jepang di Tanah air pada 2010 dengan produk Geely.

Langsung menerapkan model bisnis secara completely knock down (CKD), nasib Geely tidaklah semulus proyeksinya. GMI hanya bertahan tiga tahun usai masalah internal dan volume penjualan.

“Geely bukan perusahaan global tapi dia mau masuk pasar global. Jadi yang dikirim (ke Indonesia) orang-orang yang tidak punya kapasitas," kata Presiden Direktur GMI Hosea Sanjaya waktu itu.

"Asal bisa bahasa Inggris dikit, pengalaman tidak cukup, sendi-sendi mengelola perusahaan tidak cukup. Menunjuk diler, menentukan harga, mencari penyuplai, menyewa gudang, tidak tahu,” lanjutnya.

Singkat cerita, pada 2013 GMI diakuisisi oleh perusahaan lokal, Auto Mandiri Group. Sejak saat itu Indonesia menjadi dominan sebab kepemilikan Auto Mandiri Group menjadi 70 persen.

Artikel ini telah tayang pertama kali di Kompas.com dengan judul "Ini 7 Merek Mobil yang Sudah Hengkang dari Indonesia".