“Dalam setahun, sawah kami bisa panen sampai tiga kali, setiap kali panen memperoleh pendapatan Rp 5 juta sampai Rp 8 juta," aku dia.
"Saya berharap mendapatkan ganti untung, soalnya mau saya belikan ke Gayamprit karena lahan yang terkena tol ini merupakan warisan dari orangtua,” jelas Ida.
Baca Juga: Siap-siap Lur, Jogja Bakal Ada Tilang Elektronik Mulai Besok!
Broker Tanah Berkeliaran
Broker atau makelar berkeliaran di kawasan yang terdampak proyek pengerjaan Tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten.
Asisten 3 Sekda Pemkab Klaten, Sri Winoto menerangkan, pihaknya menghimbau masyarakat yang wilayahnya terdampak proyek Tol Solo-Jogja tidak mudah percaya dengan tawaran broker atau makelar.
"Kami meminta untuk para warga yang nantinya terdampak proyek ini, untuk tetap bersabar," kata Winoto saat menghadiri sosialisasi dan konsultasi publik proyek jalan Tol Solo-Jogja, Kamis (13/8/2020).
Lebih lanjut Winoto menyarankan untuk tidak mudah percaya dengan tawaran dari broker, sehingga mengikuti alur yang sudah ada.
"Tetap ikuti alur yang sudah ditetap ada, jangan percaya dengan tawaran broker," sarannya.
Kades Malangjiwan, Suprianto mengatakan wilayahnya yang terdampak proyek jalan tol sekira 5 hektar terdiri dari 71 bidang meliputi area persawahan 40 bidang dan perumahan warga 31 bidang.
"Untuk rumah warga kami yang terdampak ada 31 rumah, di RT 02, RW 08 Dukuh Karangmojo," kata Supri.
Dikatakan, Suprianto mengaku warganya tidak keberatan dengan rencana proyek tol.
"Tidak ada yang protes, malah warga menantikan informasi ini," ujar Supri.
Supri memastikan proyek ini tidak berdekatan dengan sumber mata air di desanya.
Mengingat di desa ini ada Umbul Brintik yang selalu dimanfaatkan masyarakat untuk pengairan sawah, hingga objek wisata pemandian.
"Nantinya untuk lintasan jalan tol di di wilayah desa kami, hanya berupa jalan lurus saja, jaraknya cukup jauh sekitar 500 meter dari umbul Brintik," jelas Supri.
Terlihat fasilitas umum yang terdampak, Supri mengatakan ada satu masjid dan tower pamasimas (penampungan air).
"Untuk tower, masih bisa dipindah lokasinya, karena hanya menampung, bukan menjadi pusat sumber sjmber air," tutur Supri.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "Kisah Ibu di Klaten Relakan Sawahnya untuk Tol Solo-Jogja,Padahal Setahun Dapat Pemasukan Rp 24 Juta".