Otomania.com - Ruas tol Cipali menjadi tempat langganan kecelakaan lalu lintas.
Kejadian terakhir pada Senin (10/8/2020), sebuah minibus oleng sampai menyeberang jalur, dan menghantam kendaraan yang sedang melaju dari arah berlawanan.
Untuk mengurangi kecelakaan, tol Cipali disarankan untuk menambah beberapa rambu.
Termasuk pagar pembatas seperti yang terpasang di tol Jakarta-Cikampek.
Sementara itu Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, menyarankan agar tol Cipali dipasang speed bump atau garis kejut.
Baca Juga: Avanza Tabrak Mobil Lain Malah Kebakaran Sampai Tak Tersisa, Kejadian di Tol Cipali
Garis kejut umumnya terpasang menjelang gerbang tol, yang berfungsi untuk membuat pengemudi menngurangi kecepatan.
Di tol Cipali, garis kejut ini berfungsi bagi pengemudi agar tetap waspada saat berkendara.
Termasuk juga mengingatkan agar tidak mengantuk.
“Ada beberapa cara yang dapat membantu mengurangi tingkat kecelakaan. Hiasi jalan tol dengan speed bump setiap 5 km,” ujar Sony, kepada Kompas.com (12/8/2020).
Selain garis kejut, beberapa jalan tol seperti di ruas Ngawi-Kertosono-Kediri telah dipasang singing road alias jalan bernada.
Baca Juga: Travel Elf VS Rush di Tol Cipali, Sama-sama Ringsek, 8 Orang Tewas
Berbeda dengan speed bump yang hanya memberi efek kejut, kendaraan yang melintasi singing road minimal 80 kpj, bakal mendengar alunan nada sebuah lagu.
Meski begitu, menurut Sony, cara ini dinilai kurang efektif karena bisa membuat pengemudi makin terlena dan mengantuk.
“Mungkin diganti speed bump-nya, jangan singing road. Karena takutnya justru membuat driver terlena.
Mungkin dengan gradasi suara yang mengganggu, sehingga pengemudi sadar dari fatigue-nya,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kurangi Kecelakaan, Tol Cipali Butuh Lebih Banyak Garis Kejut".