Kisah Guru Kontrak Hamil Muda Tetap Semangat Motoran 4 Jam Libas Medan Terjal, Demi Ajar Anak Murid

Adi Wira Bhre Anggono - Minggu, 19 Juli 2020 | 13:10 WIB

Nurasiah seorang guru kontrak terpencil saat pergi mengajar di pedalaman Geumpang, Pidie. (Adi Wira Bhre Anggono - )

Otomania.com - Mengendarai sepeda motor sejauh 12 kilometer di jalanan terjal dan berbatu tidaklah gampang, apalagi berbatasan langsung dengan tebing dan jurang, salah-salah nyawa taruhannya.

Namun Nurasiah tak pernah menyerah. Panggilan hatinya sebagai guru, menuntunnya untuk terus datang, walau di tengah kondisinya yang tengah hamil muda sekalipun.

Delapan tahun sudah Nurasiah (47) mengajar di SD Gampong Pucok, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie. Sebuah daerah transmigrasi lokal yang berada di kawasan pegunungan Geumpang, Kabupaten Pidie, D.I. Aceh.

Status Nurasiah hanyalah sebagai guru kontrak.

Setiap hari, Nurasiah naik sepeda motor menuju sekolah. Berangkat dari rumahnya di Beureueh, Kecamatan Mutiara, pukul 07.10 WIB dan sampai tujuan sekitar pukul 09.30 WIB.

Baca Juga: Imbas Murid Tak Punya HP, Pak Guru Evan Rela Keliling Pelosok Desa Puluhan Kilometer Naik Motor Demi Ajar Siswanya

Berarti dalam sehari ia menghabiskan waktu sekitar 4 jam di perjalanan, pergi dan pulang sekolah.

Lamanya waktu tempuh di perjalanan ini tak lain karena kondisi jalan yang sulit, terjal dan berbatu, diapit tebing dan jurang.

Hal ini tentu sangat menguras tenaga dan butuh kehati-hatian ekstra. Tergelincir sedikit saja, nyawa menjadi taruhannya.

"Saya pernah sekali nyaris terjun ke jurang saat sepmor gagal mendaki. Beruntung tersangkut di pohon yang tumbuh di pinggir jalan," kenang Nurasiah yang ditemui rekan Serambinews.com, Sabtu (18/7/2020).

Belum lagi risiko tertimpa longsor. Jalan yang selalui dilalui Nurasiah termasuk lintasa yang sering mengalami longsor saat musim hujan.

Baca Juga: Terharu! Sering Mogok Kehabisan Bensin, Guru Honorer Nangis Dapat Hadiah Motor

Saat ini saja, ia sebutkan masih terdapat sebuah batu besar di tengah jalan yang belum dipindahkan. Batu itu jatuh dari atas tebing jalan.

Karena seringnya melintasi jalan tersebut, Nurasiah sampai hapal titik-titik jalan tertentu yang harus diwaspadai.

Ia menyebutkan ada 22 jalan mendaki yang harus dilaluinya setiap hari, di mana tiga di antaranya merupakan jalan mendaki yang sangat terjal.

“Rem cakram sepeda motor saya sering patah. Seingat saya, sudah empat kali rem cakram motor dinas ini patah,” sebut ibu tiga anak ini sambil tertawa lepas.

Ya begitulah Nurasiah. Dalam cerita pahit pun ia masih bisa tertawa

Baca Juga: Bikin Iri! Murid Nggak Pernah Absen Sekolah Dikasih Hadiah Motor, Hasil Iuran Para Guru

Demikian juga dalam hal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru, alumnus MAN Sigli ini tak pernah mengeluh.

Padahal ia hanyalah seorang guru kontak, dengan gaji hanya Rp 700.000 per bulan, dan terkadang harus membuat kue untuk menambah pemasukannya.

Bahkan dalam kondisi hamil muda saat ini yang sebenarnya sangat rentan dengan goncangan, Nurasiah pun tetap semangat pergi mengajar.

Rasa lelah setelah menempuh dua jam lebih perjalanan seketika sirna saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan ceria.

Nurasiah sangat bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya berstatus kontrak dan ditempatkan di daerah terpencil.

Baca Juga: Jambret Bermotor Salah Sasaran, Terekam CCTV Rampas Tas Guru Ngaji, Ternyata Isinya Kitab Suci

Nurasiah awalnya menjadi guru kontrak pada tahun 2005 di SD Pouteumeureuhom di Simpang Tiga, Pidie. Saat itu ia ikut program Unicef, dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa dan tsunami.

Ia mengajar di SD tersebut hingga 2012. Namun dua tahun menjelang berakhirnya masa kerja Unicef, keluarganya ditimpa musibah, rumah orang tuanya di Beureueh habis terbakar.

Tahun 2013, ia disarankan oleh Dinas Sosial Pidie dan Dinas Pendidikan Pidie untuk dialihkan kontrak ke SD transmigrasi lokal di Geumpang, dan terus berlanjut sampai sekarang.

Imum Mukim (pejabat adat langsung di bawah camat) Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Nyak Cut, mengaku salut atas kegigihan Nurasiah dalam menjalankan profesinya sebagai guru, walau hanya berstatus kontrak.

Menurutnya, Nurasiah dan suami bahkan rela bergadang sampai malam jika menerima orderan membuat kue.

“Kita berharap pemerintah peduli dengan Nurasiah, guru kontrak yang memiliki nyali tinggi menempuh perjalanan 12 kilo menuju pedalam Geumpang,” pinta Nyak Cut.

Artikel ini telah tayang pertama kali di Serambinews.com dengan judul "Meski Hamil, Nurasiah Tetap Semangat Menyusuri Jalan Terjal dan Berbatu".