Bahkan dalam kondisi hamil muda saat ini yang sebenarnya sangat rentan dengan goncangan, Nurasiah pun tetap semangat pergi mengajar.
Rasa lelah setelah menempuh dua jam lebih perjalanan seketika sirna saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan ceria.
Nurasiah sangat bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya berstatus kontrak dan ditempatkan di daerah terpencil.
Baca Juga: Jambret Bermotor Salah Sasaran, Terekam CCTV Rampas Tas Guru Ngaji, Ternyata Isinya Kitab Suci
Nurasiah awalnya menjadi guru kontrak pada tahun 2005 di SD Pouteumeureuhom di Simpang Tiga, Pidie. Saat itu ia ikut program Unicef, dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa dan tsunami.
Ia mengajar di SD tersebut hingga 2012. Namun dua tahun menjelang berakhirnya masa kerja Unicef, keluarganya ditimpa musibah, rumah orang tuanya di Beureueh habis terbakar.
Tahun 2013, ia disarankan oleh Dinas Sosial Pidie dan Dinas Pendidikan Pidie untuk dialihkan kontrak ke SD transmigrasi lokal di Geumpang, dan terus berlanjut sampai sekarang.
Imum Mukim (pejabat adat langsung di bawah camat) Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Nyak Cut, mengaku salut atas kegigihan Nurasiah dalam menjalankan profesinya sebagai guru, walau hanya berstatus kontrak.
Menurutnya, Nurasiah dan suami bahkan rela bergadang sampai malam jika menerima orderan membuat kue.
“Kita berharap pemerintah peduli dengan Nurasiah, guru kontrak yang memiliki nyali tinggi menempuh perjalanan 12 kilo menuju pedalam Geumpang,” pinta Nyak Cut.
Artikel ini telah tayang pertama kali di Serambinews.com dengan judul "Meski Hamil, Nurasiah Tetap Semangat Menyusuri Jalan Terjal dan Berbatu".