Dia menjelaskan, bila diukur diameter elektroda pusat untuk busi berbahan nikel sekitar 2,0 milimeter (mm), sementara untuk logal mulia lebih kecil,
"Secara fisik nikel bisa dilihat diameternya karena beda dengan logam mulia. Sementara untuk yang logam mulia itu pasti (pusat elektroda) selalu seperti jarum. Produk logam mulia di NGK ada banyak, dan itu sama seperti jarum dengan ukuran 0,6 mm," ujar Diko.
"Jadi sebenarnya tidak repot lihat bedanya, karena sudah bisa langsung dikenali dari ujung elektroda. Tidak ada cerita busi iridium tapi elektrodanya besar, pasti itu sudah menipu," kata Diko.
Untuk perbedaan logam mulia pada jajaran produk NGK, seperti pada G-Power, Iridium, Laser Iridium, dan MotoDX, menurut Diko secara umum memiliki dimensi elektroda pusat yang sama, yakni 0,6 mm.
Sedangkan yang membedakan dari masing-masing jenis busi tersebut adalah kandungan material. Untuk G-Power berbahan platinum, Iridium IX adalah iridium.
"Kalau yang Laser Iridium itu kombinasi, elektroda pusatnya ada iridium dan masanya itu ada bahan platinum, jadi logam mulia ganda. Untuk MotoDX itu ada gabungan iridium dan ruthenium pada center elektroda," kata Diko.
Dari perbedaan kandungan meterial pada jenis busi logam mulia tersebut, Diko mengatakan berujung pada kualitas. Lebih tepatnya ke masalah durabilitas pemakaian.
"Kenapa harus logam mulia, karena kalau kita belajar fisika dulu logam mulia itu punya sifat material sebagai pengantar listrik yang baik dan antioksidasi," ujar Diko.
Dengan demikian, tak heran, harga busi dengan material logam mulia seperti G-Power, Iridium, Laser Iridium, dan MotoDX, memang lebih mahal dibanding busi standar berbahan nikel.
Pemilik kendaraan juga harus pintar-pintar membedakan produk busi yang ada di pasaran. Jangan sampai kena iming-iming harga murah namun kualitasnya malah merugikan.
Baca Juga: Motor Mendadak Hilang Kompresi? Jangan Panik, Ini yang Harus Dilakukan
Editor | : | optimization |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR