Di bagian belakang pembonceng, bertumpuk dua tas berisikan pakaian dan beberapa pack kerupuk kemplang khas Lampung.
Sedangkan di bagian bagasi depan, bertumpuk sebanyak dua kardus.
"(Kardus) ini isinya pisang kepok," kata Hermiyati. Bawaan oleh-oleh sengaja dipersiapkan Hermiyati untuk nanti dibagikan ke tetangga rumah.
Meski buah tangan adalah makanan dan buah biasa yang bisa ditemui di Jakarta, Hermiyati menuturkan bukan dari harga atau barangnya yang dia lihat.
"Biasalah, kalau abis mudik kan bawa oleh-oleh dibagiin ke tetangga, tradisi mudik ini intinya," kata Hermiyati.
Selain itu, rasa pisang kepok dan kerupuk kemplang di Jakarta, menurutnya tidak seenak yang dia bawa dari Lampung.
"Pisang ini ngambil dari kebun keluarga, kalau kerupuk ini buatan tetangga di sini, jualannya dia (tetangga)," kata Hermiyati.
Pun begitu dengan Budiyanto (25), pemudik yang hendak balik ke Bekasi, ia membawa dua karung beras hasil sawah orangtuanya di Pringsewu.
Meski awalnya Budi enggan karena merepotkan, akhirnya dia dengan sukarela membawa dua karung beras tersebut.
"Kalau saya sih jarang masak, Mas. Tapi ya lumayan bisa bagi tetangga kontrakan di Bekasi, sekalian stok juga kalau saya nggak punya uang," kata Budi dengan tawa berderai.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pemudik Pulang dengan Bawaan Menumpuk, Bawa Pisang hingga Kerupuk Sambal untuk Tetangga",
Editor | : | Dimas Pradopo |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR