Otomania.com - BBM Premium bakal dihapus ganti jadi Pertalite, Pemerintah jelaskan alasannya.
Seperti yang kita ketahui, Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi seperti Premium masih tersedia di pasaran.
Namun tidak semua SPBU menyediakan BBM dengan nilai oktan (RON) 88 ini.
Kalaupun ada, stoknya juga terbilang sedikit dan tidak sebanyak Pertalite.
Baca Juga: Akhirnya Terbongkar Alasan Pertamina Jual Pertalite Rp 7.650 Per Liter, Padahal Harga Aslinya Segini
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementrian ESDM Soerjaningsih, mengatakan.
Pihaknya berencana menghapus BBM Premium tersebut untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia.
Tidak hanya itu, rencana penghapusan BBM ini juga berkaca dari turunnya jumlah pemakai Premium.
Di mana sebagian besar masyarakat sudah beralih menggunakan Pertalite, bagaimana penjelasan dari Soerjaningsih selaku perwakilan pemerintah?
Baca Juga: Gampang Banget, Cuma Lihat Kode Ini Langsung Paham Bedanya SPBU Milik Pertamina dan Swasta
“Premium ini kan secara volume sebenarnya sudah semakin kecil, masyarakat sudah shifting ke Pertalite," ujar Soerjaningsih, dalam konferensi pers yang disiarkan Youtube Halo Migas Ditjen Migas, Senin (25/10/2021).
"Premium itu hanya tinggal tujuh negara yang pakai itu dan kita pun komitmen perbaiki kondisi lingkungan, sehingga terkait Premium ini diharapkan ke depan mungkin Pertalite bisa gantikan Premium," kata dia.
Namun demikian, peralihan BBM jenis Premium ke Pertalite tidak bisa serta merta dilakukan.
Menurut Soerjaningsih, perlu ada peta jalan atau roadmap soal BBM ramah lingkungan.
"RON 88 kalau dihapus tinggal RON 90, kalau kemampuannya memungkinkan, naik lagi ke (RON) 91 ataupun 92," ucap Soerjaningsih.
"Jadi ini adalah komitmen sediakan BBM ramah lingkungan. Pastinya sedang kita kaji dan harus mendapatkan persetujuan Bapak Presiden," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Beralih ke Pertalite, Gelagat Pemerintah Hapus BBM Premium
Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR