Baca Juga: Street Manners: Begini Cara Aman Jika Alami Kondisi Darurat di Jalan Tol
Menurutnya, kunci mengemudi di jalan tol itu adalah kecepatan yang konstan.
Pengemudi yang menggunakan jalan tol harus berada pada kecepatan yang konstan, terlebih lagi jika tertib lajur maka tidak akan terjadi kemacetan.
“Kalau kecepatan mobil yang ada di jalan tol bervariasi, perlambatan secara tiba-tiba dari satu mobil bisa mengular ke kendaraan di belakangnya. Hal ini yang bisa menyebabkan kemacetan,” kata Jusri.
Tetapi, kata Jusri, jika ada mobil dengan kecepatan langsam malah bertahan di lajur paling kanan jalan tol hal itu menjadi perilaku yang salah.
Mengingat, idealnya lajur kanan hanya digunakan untuk menyalip kendaraan di depan.
Baca Juga: 9 Tips Usir Ngantuk Saat Nyetir di Jalan Tol, Pemudik Wajib Baca!
Setelah berhasil mendahului seharusnya mobil kembali lagi ke lajur kiri atau tengah.
Jusri juga mengatakan, selama ini sering terjadi kekeliruan saat berkendara di jalan bebas hambatan, terutama jalan tol dalam kota.
Meskipun aksesnya sudah tepat untuk menyalip tapi pengemudi seringkali melanggar batas kecepatan yang ditentukan.
"Kecepatan tol di dalam kota maksimal 80 km/jam. Jadi seharusnya 80 km/jam itu digunakan untuk lajur terakhir waktu menyalip. Jika lajur kedua sudah 80 km/jam kemudian kita menyalip kan sudah melebihi," katanya.
Jusri menjelaskan, kalau di lajur kedua sudah 80 km/jam berarti saat mendahului kendaraan lain kecepatan yang dibutuhkan lebih dari itu.
Terpisah, Training Director Safety Defensive Consultant ( SDCI) Sonny Susmana mengatakan, lajur kanan pada jalan tol sangat berbahaya karena kecepatan kendaraan relatif lebih tinggi.
“Lajur kanan itu sebenarnya diperuntukan hanya untuk mendahului,” ujar Sony.
Maka dari itu, Sony menyarankan, penting sekali bagi pengemudi di jalan tol untuk mematuhi peraturan yang berlaku di ruas tol.
Ketertiban dan kepatuhan pengendara dapat meminimalisir kecelakaan.
Editor | : | Adi Wira Bhre Anggono |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR