Otomania.com - Ada komunikasi dan pengambilan keputusan yang buruk mengenai kenaikan harga bahan bakar premium.
Hal ini diungkap Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi,
Tapi jauh dari hal tersebut, Fahmy menilai keputusan pemerintah membatalkan kenaikan harga premium adalah langkah yang tepat.
Sebab, akan terjadi penurunan daya beli masyarakat jika harga premium dinaikkan saat ini.
"Kenaikan harga premium mendapat korelasi positif terhadap inflasi dan penggerusan daya beli masyarakat karena daya beli rakyat saat ini masih rendah," kata Fahmi dalam diskusi Polemik Premium di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10/2018).
"Kalau premium naik, daya beli rakyat semakin terpuruk," tambahnya.
(BACA JUGA: Terkait Kenaikan Harga Bahan Bakar Premium, Jokowi: Sudah Saya Batalkan, Bukan Menunda)
Kenaikan harga premium, diakui Fahmy, memang akan mengurangi beban Pertamina sebagai bagian dari penanggung subsidi premium.
Namun, naiknya harga premium juga akan berdampak pada beban rakyat.
Menurut Fahmy, dengan membatalkan kebijakan kenaikan harga premium, Presiden Joko Widodo lebih memilih untuk mengurangi beban rakyat daripada beban pertamina.
Hal itu dirasa tepat, karena sampai saat ini Pertamina tetap mendapat untung dan tidak mengalami kerugian dengan ikut menanggung beban subsidi premium.
(BACA JUGA: Bahaya, Jangan Nekat Masukkan Kapur Barus Ke Tangki Motor)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR