Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Solusi untuk Pembatasan Sepeda Motor dari Komunitas

Setyo Adi Nugroho - Rabu, 6 September 2017 | 19:03 WIB
Kemacetan yang terjadi di Jalan Sudirman arah Bundaran HI, tepatnya mulai dari depan pintu keluar Parkir Timur Senayan (sekitar Hotel Sultan) sampai di Halte Busway Gelora Bung Karno, Minggu (1/5/2016). Kemacetan terjadi akibat banyaknya bus-bus buruh yang meninggalkan Parkir Timur Senayan. Setelah sebelumnya menghadiri puncak peringatan Hari Buruh Internasional di Stadion Gelora Bung Karno.
Kompas.com/Alsadad Rudi
Kemacetan yang terjadi di Jalan Sudirman arah Bundaran HI, tepatnya mulai dari depan pintu keluar Parkir Timur Senayan (sekitar Hotel Sultan) sampai di Halte Busway Gelora Bung Karno, Minggu (1/5/2016). Kemacetan terjadi akibat banyaknya bus-bus buruh yang meninggalkan Parkir Timur Senayan. Setelah sebelumnya menghadiri puncak peringatan Hari Buruh Internasional di Stadion Gelora Bung Karno.

Jakarta, Otomania.com – Rencana pelarangan sepeda motor di area jalan mulai dari Bundaran HI sampai Bundaran Senayan yang melalu jalan Jenderal Sudirman menuai perlawanan. Banyak yang tidak setuju kebijakan ini dilakukan ditengah kondisi transportasi umum yang belum dibenahi.

“Terkesannya kok buru-buru sekali. Padahal perlu ada sosialisasi dan persiapan. Kalau 2018 mungkin lebih baik dimana semua sarana dan prasarananya sudah lebih matang,” ucap Achobule, Presiden Yamaha Riders Federation Indonesia (YRFI) saat dihubungi Rabu, (6/9/2017).

Beberapa komunitas roda dua juga mengungkapkan penolakannya terhadap kebijakan ini. Beberapa memberikan solusi untuk pemerintah guna mengurangi kepadatan di area-area yang ditentukan.

“Selain motor perhatian juga harus diberikan pada mobil. Tidak hanya ganjil genap, pelarangan juga perlu. Motor dibuatkan jalur khusus, itu tinggal diterapkan,” ucap Dira yang mewakili komunitas Verza Rider Club Indonesia (VRCI).

Baca : Ramai-ramai Menentang Pembatasan Sepeda Motor

Sebenarnya ada satu solusi yang bisa dilakukan, namun akan sangat sulit. Solusi tersebut adalah dengan membatasi produksi kendaraan bermotor. Ini tentu akan berdampak lebih luas tidak hanya di Jakarta tapi juga di wilayah lain.

Solusi yang lebih masuk akal adalah dengan membatasi arus masuk sepeda motor ke tengah kota. Sediakan jam-jam tertentu dimana motor tidak diperbolehkan masuk. Atau bisa juga memberikan tarif tertentu bagi motor yang hendak masuk ke kota di jam-jam yang dilarang tersebut.

“Seperti di Jepang. Tapi memang Jepang sudah lebih maju, transportasi umumnya dari pinggir kota sudah memadai. Ini yang juga perlu disiapkan,” ucap Achobule.

Rencananya pada 12 September 2017 nanti, kebijakan ini akan masuk ke dalam tahap uji coba. Dikutip Kompas.com, Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengungkapkan waktu uji coba tersebut belum pasti dilakukan karena menunggu masukan dari beragam pihak.

“Tanggal 12 itu siapa yang nyampein? Kalau yang nyampein Dinas Perhubungan, ini prakiraan, dan tidak harus tanggal 12. Kami kaji,” ujar Djarot seperti dikutip Kompas.com.

Editor : Azwar Ferdian

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa