Otomania.com - Mengaku jatuh miskin, Kades ungkap fakta asli warga Kampung Miliarder Tuban yang pernah borong mobil ramai-ramai.
Pada Februari 2021 lalu, publik dihebohkan dengan berita soal warga suatu desa di Tuban, Jawa Timur yang memborong mobil beramai-ramai.
Rekaman video yang memperlihatkan puluhan truk towing pengangkut mobil baru ke kampung tersebut sampai viral di media sosial.
Usut punya usut, para warga di desa Sumergeneng tersebut ternyata baru saja menjual tanah mereka ke Pertamina.
Disebutkan, jumlah yang dibayarkan Pertamina kepada warga sangat fantastis, bisa mencapai miliaran Rupiah.
Maka dari itu, warganet menjuluki kawasan Desa Sumurgeneng sebagai 'Kampung Miliarder Tuban'.
Menurut Kepala Desa Sumbergeneng, Gihanto ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga desanya.
Mobil yang dibeli beragam, mulai dari Toyota Kijang Innova, Mitsubishi Pajero Sport, Honda HR-V hingga Jazz.
Namun setelah hampir setahun berlalu, kabar tak mengenakkan datang dari kampung miliarder tersebut.
Bahkan ada warga yang telah mendapakan uang miliaran rupiah, harus menjual sapi miliknya untuk kebutuhan hidup sehari-sehari.
Konflik ini menjadi simpang siur pemberitaannya di luaran.
Akibatnya, Kepala Desa Sumbergeneng sendiri akhirnya mengungkapkan yang sebenarnya terjadi.
Beberapa kepala desa akhirnya mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan konflik seputar Pembangunan Kilang Minyak PT PRPP itu.
Fakta lain pun muncul dan jauh berbeda atau sebaliknya dibandingkan yang sejauh ini bertebaran di media sosial.
Sejumlah kades kampung miliarder di Tuban buka suara terkait ramainya pemberitaan warga yang mengaku menyesal menjual lahan ke perusahaan minyak patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia, untuk kilang minyak Grass Root Refinery (GRR).
Di antaranya Kades Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban.
"Warga kami yang terdampak ada 151 kartu keluarga (KK), namun yang punya lahan sekitar 20 persenan, sisanya bangunan rumah sudah direlokasi," kata Kades Wadung, Sasmito kepada wartawan, Kamis (27/1/2022).
Ia menjelaskan, memang warga sudah banyak yang mengeluh, terutama yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani.
Sebab, saat ini tidak ada lagi lahan yang digarap karena sudah menjadi milik Pertamina setelah adanya pembebasan.
Mengenai pekerjaan dari Pertamina juga belum banyak lowongan, namun ia meyakini jika proyek sudah berjalan, akan banyak serapan tenaga kerja.
"Memang keluhan datang dari buruh tani yang belum kerja, di sisi lain juga belum ada progres yang signifikan terkait kilang," ujarnya.
Sementara itu, Kades Sumurgeneng, Gihanto, menepis kabar uang ganti rugi lahan dari Pertamina banyak yang habis.
"Tidak benar itu warga uangnya habis, walaupun saya tidak tahu isi rekeningnya," terang Gihanto.
Ia menjelaskan, hasil jual lahan dibelikan lahan di luar desa yang lebih luas, karena harga Rp 600 ribu /meter yang diterima warga dari pembebasan lahan jika dibelikan di luar dapat harga Rp 200 ribu/meter, maka bisa dapat 3 kali lipat.
Sedangkan untuk buruh tani juga masih bekerja ikut orang lama yang membeli lahan baru di luar desa, jadi masih tetap kerja juga.
"Lahan warga penerima ganti rugi dari Pertamina juga masih, jadi tidak benar itu uang warga habis, justru semakin sejahtera," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Akhirnya Kades Kampung Miliarder Tuban Kuak Penyebab Asli Warga Jatuh Miskin, Ada Fakta Sebaliknya