Alasannya, saat itu sedang dilakukan pembubaran demo mahasiswa di sekitar daerah tersebut.
Namun saat hendak berbalik arah, tiba-tiba mereka dipukul sejumlah oknum polisi lainnya dan justru digelandang ke kantor polisi meski tidak tahu apa-apa.
“Belum lama putar motor, dari samping sini (kiri-kanan) pukul saya punya helm, baru tulisannya itu helm Taknik. Ada yang pukul, ada juga yang larang memukul. Saya bilang saya tidak tahu apa-apa ini,” kata Iwan dihubungi, Senin (28/9/2020).
Senada juga disampaikan La Duma, saat dikeroyok sejumlah oknum polisi tersebut dirinya sempat berteriak minta tolong dan mengaku sebagai buruh bangunan.
Tapi bukannya berhenti, mereka masih tetap menghujamkan pukulan hingga menyebabkan kepalanya berdarah.
“Ada yang pukul di belakang langsung saya jatuh setelah itu dikeroyok, turun darah dari kepala. Saya berteriak saya bukan mahasiswa, saya pekerja bangunan,” ungkap Duma.
Tak bisa berdiri dan motor hancur
Akibat aksi kekerasan yang dilakukan aparat tersebut, La Duma harus mendapatkan jahitan di bagian kepala.
Bahkan, kini ia tidak bisa berdiri karena mengalami sakit pada tulang ekornya.
Kedua korban tersebut baru dibebaskan polisi setelah dijemput oleh keluarganya.
Tak hanya mengalami sejumlah luka, kendaraan yang mereka tumpangi ternyata juga hancur dirusak polisi.
Terkait dengan insiden itu, adik La Duma meminta pihak kepolisian untuk mengusut kasus tersebut.
Termasuk mengganti biaya kerugian dan perawatan medis yang ditanggung korban.
“Karena tulang ekornya sakit, kakakku tak bisa berdiri lagi, tidak bisa kerja. Akhirnya sampai sekarang kita tidak tahu bagaimana kondisi tulang ekornya karena tidak punya uang ke dokter atau puskesmas," terangnya.
Sementara itu, pihak Polda Sultra saat dikonfirmasi terkait insiden itu hingga saat ini belum memberikan respons.
Artikel ini telah tayang pertama kali di Kompas.com dengan judul "Dikira Mahasiswa, 2 Buruh Bangunan Babak Belur Dikeroyok Polisi dan Motornya Dihancurkan".