Otomania.com - Banyak yang menganggap ban khusus balap bahakan yang sekelas MotoGP bakal asik dipakai untuk di jalan raya atau digunakan harian.
Kalau ditarik mundur, padahal ban untuk motor MotoGP ini merupakan prototipe.
Jadi di MotoGP bukan cuma motornya saja yang prototipe, bannya juga prototipe dimana Michelin memberikan ban khusus yang tidak diproduksi massal.
Bahkan untuk masing-masing sirkuit pun Michelin juga punya resep khusus untuk ban MotoGP yang dibuatnya.
Ban yang dipasok Michelin untuk MotoGP tidak dipakai untuk ajang balap motor lain.
Karakternya juga beda dengan ban slick di ajang balap motor lainnya yang dijual secara umum.
Baca Juga: Update Jadwal MotoGP 2020, Resmi 13 Race Akan Digelar, Ditambah 4 Seri yang Tunggu Kepastian
Pemakaian ban slick di jalanan umum jelas berbahaya,.
Ban slick khusus MotoGP juga punya beberapa karakter khusus yang memang membuatnya sangat tidak cocok buat dipakai orang pada umumnya.
Berikut beberapa alasan ban slick MotoGP tidak cocok dipakai di jalan raya.
Suhu ban
Ban MotoGP bisa bekerja pada suhu 100-120 derajat Celcius.
Itu angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan suhu ban yang bisa dijangkau oleh pengendara biasa di jalan raya, meskipun melaju dengan kecepatan tinggi dan tanpa kemacetan sekalipun.
Baca Juga: Jadwal Baru MotoGP 2020 Sudah Dirilis, Alex Marquez Tak Tahan Lagi
Apalagi kalau ada macet, ban akan turun suhunya dan menjadi tidak efektif dipakai.
Mekanik di MotoGP bahkan harus menghangatkan bannya dulu sebelum dipakai pembalap melaju di trek.
Siklus panas
Siklus panas yang dimaksud ini adalah naik-turunnya suhu ban untuk tetap bisa dipakai.
Ban biasa akan memanas sampai memunculkan warna tertentu ketika terlalu panas.
Itu adalah indikasi ban mengeluarkan minyak, yang mana kompon ban memang mengandung minyak.
Setelah tidak dipakai, ban akan kembali ke semula.
Ban biasa bisa menjalani siklus itu sampai ribuan kali, artinya bisa terus dipakai meski suhunya melalui siklus naik-turun suhu ribuan kali.
Baca Juga: Dani Pedrosa Ungkap Banyak Kemajuan di KTM Selama Dirinya Bergabung
Sedangkan ban balap bisa melalui siklus 8 sampai 10 kali, bahkan MotoGP cuma 4 kali.
Bayangkan pengendara cuma memakai 1 ban MotoGP untuk 4 kali perjalanan.
Meskipun tidak sampai rusak, grip ban MotoGP akan turun drastis jika dipakai melebihi siklus tersebut.
Mudah Rusak
Permukaan ban slick MotoGP mempunyai karakter seperti karet penghapus yang akan terdegradasi dengan mudah ketika menyentuh aspal.
Karakter ini dipakai mengejar grip maksimal, dan memang didesain cukup untuk sekali melakukan balapan.
Jika lebih, ban akan hancur dan tentu itu berbahaya jika dipakai di jalan raya.
Baca Juga: Ini Alasan Konkrit Kenapa MotoGP Tidak Pakai GPS di Motor Pembalap
Cuaca
Cuaca ini juga jadi alasan mengapa ban slick khususnya ban MotoGP tidak bisa dipakai di jalan raya.
Ban slick hanya bisa dipakai di aspal kering, dan akan sangat licin dipakai di atas jalan basah.
Sedangkan ban motor umumnya punya ulir yang akan membelah air atau mengalirkan air agar ban tidak kehilangan grip.
Pengaturan suspensi.
Pemakaian ban slick MotoGP harus disesuaikan dengan setup motor, khususnya suspensi.
Di motor MotoGP, motor akan di-setting sedemikan rupa agar sempurna dan bisa memaksimalkan kemampuan sekaligus keawetan ban.
Kalau motor biasa ya asal dipakai saja, kalau memakai ban MotoGP tentunya akan membuat ban tidak awet dan tidak optimal.
Baca Juga: Lho Kok? Ternyata Valentino Rossi dan Marc Marquez Tak Masuk 100 Atlet dengan Penghasilan Tertinggi
Ngapain sih pakai ban slick?
Jelas, tidak usah aneh-aneh pakai ban slick segala di jalan raya.
Memang mau menang atau apa?
Banyak jeleknya daripada manfaatnya kalau dipakai harian.
Ban khusus jalan raya sudah bagus
Meski gripnya tak sebagus ban MotoGP, ban jalan raya saat ini cukup mumpuni dipakai di kecepatan tinggi.
Sekarang banyak ban yang punya kemampuan tinggi untuk memanjakan pencinta kecepatan.
Beda halnya dengan 20-30 tahun lalu dimana ban jalan raya hanya bisa dipakai untuk pelan-pelan saja.