Kendaraan listrik yang ia bangun itu kemudian digunakan oleh keluarganya sendiri dan ada juga yang pesanan orang lain.
Baca Juga: Gadis Jambi yang Menghilang Akhirnya Ditemukan Sopir Taksi di Jakarta, Kondisi Linglung dan Syok
"Kalau sepeda listrik total ada sembilan unit. Namun yang rakitan saya sendiri ada tiga unit.
Sisanya sepeda listrik yang rusak, namun saya perbaiki dan modifikasi. Kalau untuk mobil listrik baru satu," ujar Sasmito ketika ditemui rekan dari Surya.co.id di desanya, Rabu (3/6/2020).
"Saya, istri, dan anak, semuanya memakai sepeda listrik," ujarnya.
Tujuh tahun lalu, Sasmito mulai merakit sepeda listrik.
Sepeda listrik yang dibuatnya antara lain memiliki rangka sepeda BMX, sepeda lipat, juga rakitan atau modifikasi sendiri sehingga menyerupai sepeda motor.
Baca Juga: Dua Pelaku Jambret Tak Bisa Mengelak, Disodorkan Rekaman Aksinya Merampas HP Anak Kecil Dalam Mobil
Namun juga ada yang memakai rangka sebuah sepeda motor yang umum di pasaran.
"Seperti ponsel, baterainya di-charge (diisi) listrik. Semenjak memiliki sepeda listrik, kami tidak memakai sepeda motor BBM lagi," ujarnya.
Dulunya, keluarga Sasmito memiliki sepeda motor BBM. Namun karena sudah memiliki sepeda listrik, sepeda motor BBM itu akhirnya dijual.
Saat ini hanya sepeda listrik yang dimiliki, dan dipakai sehari-hari untuk bepergian di seputaran desa, bahkan sampai ke desa di luar Kecamatan Tempurejo.
Empat tahun lalu, Sasmito mulai merakit sebuah mobil listrik. Mobil listrik itu dirawat dan menjadi kendaraan operasional bekerja bagi Sasmito.
Baca Juga: Aturan Isi BBM di SPBU Pertamina Saat New Normal Agak Beda, Baca Nih Biar Nggak Bingung
"Modelnya saja yang diganti-ganti. Pernah model mobil model kodok, pernah kayak mobil jenis SUV gitu, sekarang lagi trend jenis jeep, akhirnya diubah begini.
Namun energinya sama, listrik. Mobil ini memakai baterai lithium bekas laptop yang bisa menyimpan listrik 2 kWh," ujar Sasmito.
Mobil listrik yang dirakit oleh Sasmito memakai bahan bekas. Seperti baterai yang menjadi penyimpan daya listrik adalah baterai bekas laptop.
Bagian body mobil juga dari barang bekas yang kali ini bahannya memakai plat.
Meskipun sederhana, mobil listrik itu dilengkapi dengan lampu mobil, lampu sen, bel, juga audio yang otomatis hidup ketika mesin dinyalakan.
Bagian utama mobil itu ada di baterai penyimpan daya listrik. Mobil listrik berdaya 2 kWh itu mampu menemuh jarak sampai 50 Kilometer.
Sementara sepeda listrik berbaterai 1 kWh, juga kuat untuk jarak tempuh sampai 50 Km.
Lelaki yang tidak mengenyam dunia pendidikan khusus elektronika itu mengaku bisa merakit kendaraan listrik karena hobi di dunia elektro. Dia belajar secara otodidak.
"Ya hanya lulus SMP saja. Tidak sekolah SMK elektro, atau kuliah," ujarnya.
Dia mengenal dunia kelistrikan dari almarhum sang saya. Bapaknya bekerja sebagai tukang servis barang eletronik. Dia mengenal dunia itu dari ayahnya.
Hobi itu kemudian dia tekuni, dan terus dipelajari.
"Sekarang ditambah belajarnya gampang, ada internet. Kalau dulu, saya merakit radio komunikasi, jadi saling belajar dengan teman melalui radio komunikasi itu.
Namun sekarang ada internet, malah lebih mudah belajarnya. Teman-teman komunitas banyak di Facebook, juga melihat tutorial dari Youtube," imbuhnya.
Meski belajar secara otodidak, karya Sasmito tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam dunia kendaraan listrik Kabupaten Jember, nama Sasmito dikenal luas.
Baca Juga: Dengerin Dulu, Ini 12 Motor Dua Silinder Dengan Raungan Terbaik
Bapak dua anak itu kerap diminta jasanya untuk menyervis sepeda listrik yang bermasalah.
Konsumennya kebanyakan berada di kawasan Jember Kota.
Bahkan, dia pernah secara khusus merakitnya sepeda listrik roda tiga untuk seorang ibu di Kelurahan Kreongan Kecamatan Patrang, Jember.
Sasmito menuturkan, ibu tersebut ingin berjualan keliling. Namun dia tidak bisa mengendarai sepeda, baik onthel maupun motor.
Ibu tersebut berpikiran mengendarai sepeda listrik. Namun sepeda listrik yang tersedia di pasaran juga roda dua.
Baca Juga: Dengerin Dulu, Ini 12 Motor Dua Silinder Dengan Raungan Terbaik
"Jadi ibu ini tidak bisa naik sepeda roda dua, onthel maupun motor. Dia tahu saya, kemudian pesan sepeda listrik.
Akhirnya saya rakitnya roda tiga. Jadi lebih mudah untuknya, tidak takut ngguling lagi.
Sudah dua tahun ini, sepeda listrik roda tiga itu dipakai berjualan sama ibu itu," tuturnya.
Sasmito juga yang bertugas merawat sepeda listrik itu jika ada masalah.
Sasmito menambahkan, modal awal membuat kendaraan listrik memang mahal. Tetapi untuk biaya operasional lanjutannya sangat murah.
Baca Juga: Ini Alasan Konkrit Kenapa MotoGP Tidak Pakai GPS di Motor Pembalap
Modal awal merakit mobil listrik misalnya sekitar Rp 8 juta - Rp 12 juta. Sepeda listrik roda tiga mencapai Rp 8 juta.
"Namun biaya operasional sehari-hari sangat murah jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak," lanjutnya.
Sepeda listrik 1 kWh hanya membutuhkan biaya listrik Rp 500 bagi rumah tangga yang berdaya listrik 450 watt seperti rumah Sasmito.
Atau hanya Rp 1.600 untuk mengisi baterai 1kWh bagi rumah tangga berdaya listrik 1.300 watt.
Baterai berdaya listrik 1 kWh bisa dipakai untuk menempuh jarak 50 Km.
Baca Juga: Bukan Cuma Jago Ngebut, Michael Schumacher Juga Pernah Tempeleng Pembalap Lain di F1 Belgia
Jarak yang sama bisa ditempuh oleh kendaraan bermotor BBM dengan 1 liter BBM.
Seperti diketahui harga 1 liter BBM antara Rp 6.450 sampai Rp 9.000 (tergantung harga BBM harian, dan jenis BBM-nya).
Jika diakumulasikan setiap bulan, Sasmito hanya perlu mengeluarkan biaya listrik Rp 15.000 - Rp 30.000 untuk pengisian listrik baterai 1 kWh sampai 2 kWh.
"Keunggulan kendaraan listrik itu jelas lebih irit, juga ramah lingkungan.
Kalau mobil mungil kayak punya saya juga lebih mudah, bisa blusukan ke gang-gang kecil," imbuhnya sambil terkekeh.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum Kalau Honda Punya Trail Hedon Kolaborasi Sama Supreme?
Ketika disinggung tentang kedatangan anggota tim Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Sasmito membenarkan kunjungan tersebut.
Rabu (3/6/2020) pagi, Sasmito mendapatkan kunjungan dari tim Wagub Jatim. Tim tersebut bertanya seputar inovasi mobil listrik yang dibuatnya, dan kendala apa yang dihadapi.
"Sejauh ini kekurangan saya hanya di desain sih. Kalau nanti diminta untuk membuat, atau bantu membuat bersama tim lain, saya siap saja.
Karena mobil listrik ini kalau mau dikembangkan, atau diproduksi lebih banyak, sangat bisa," tegasnya.
Apalagi, imbuhnya, sejumlah perguruan tinggi atau sekolah yang memiliki jurusan Teknik Elektro juga memiliki kendaraan listrik.
Sementara dirinya yang hanya lulusan SMP saja juga mampu merakit kendaraan listrik.
"Orang Indonesia ini pintar-pintar kok," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul "Melihat Mobil Listrik Rakitan Warga Lulusan SMP di Jember yang Dilirik oleh Wagub Jatim".