Otomania.com - Ada kebiasaan di masyarakat mengenai menguras aki basah dengan menggunakan air panas bersuhu tinggi.
Praktik tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan daya tahan aki basah yang sudah lama dipakai agar dapat menghasilkan arus listrik yang baik.
Lantas, apakah tindakan seperti itu betul dilakukan? Berikut penjelasannya.
Aki basah menggunakan cairan asam sulfat atau H2SO4 untuk mendapat reaksi kimia yang kemudian dapat menghasilkan arus listrik.
Seiring pemakaian waktu, aki basah juga akan mengalami kerusakan pada beberapa komponen di dalamnya.
Hal ini pasti akan menurunkan daya tahan aki tersebut dalam menyimpan arus listrik.
Banyak orang yang mengakali aki yang sudah ingin soak dengan cara mencuci bagian dalam atau kuras.
Tidak sedikit juga yang menggunakan air panas yang dituangkan ke dalam aki lalu dikocok-kocok.
Baca Juga: Pakar Hukum Bilang Pelaksanaan PSBB Masih Absurd, Terjadi Penyalahgunaan Teknis
"Penggunaan air panas saat menguras aki basah menimbulkan banyak anggapan akan merontokkan kotoran yang ada di dalam aki, sehingga aki kembali menjadi sehat," buka Syahrudin, Battery Technical Advisor PT Astra Otoparts, dikutip dari GridOto.com.
"Memang betul air panas akan merontokkan kotoran yang ada di elemen timah aki," tambahnya.
Namun, cara ini enggak akan mengembalikan kondisi aki seperti semua.
Karena kotoran yang ikut terbuang bersama air panas yang dimasukkan itu merupakan elemen timah yang sudah rusak.
Baca Juga: Cocok Buat UMKM, Gerobak Listrik Gelis Siap Dipasarkan, Harganya Rp 20 Jutaan
Elemen timah yang sudah rusak dan rontok pada plat cell tidak akan bisa bekerja seperti nornal kembali.
Karena elemen timah ini yang akan bereaksi terhadap asam sulfat dalam menghasilkan arus listrik.
Kerusakan elemen timah wajar terjadi pada aki yang sudah berumur.
Jadi walau dikuras dengan aair panas sekalipun tidak akan mengembalikan aki ke kondisi semula alias kita melakukan pekerjaaan yang sia-sia.
Lebih baik, ganti aki dengan yang baru agar kinerja kelistrikan mobil atau motor tetap terjaga.