Baca Juga: Puluhan Kendaraan Pemudik Masuk Jateng-DIY Disuruh Putar Balik di Perbatasan Magelang
Ia yang bekerja sebagai ojek online, penghasilannya menurun drastis.
Apalagi semenjak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Andalin antar barang dan pesan makanan susah juga. Kan banyak juga rebutan sama rekan ojol lain, biar tenang saya mau di kampung aja dulu sampai kondisinya kondusif corona hilang," tuturnya.
Dirinya yang satu kosan dengan Agung, tak enak hati jika harus mengandalkan sisa gaji temannya itu yang telah diberhentikan kerja.
Baca Juga: Gelap mata Utang Tak Kunjung Dibayar, Seorang Pria Tembak Kepala Korban di Dalam Mobilnya
Uang dari hasil ambil orderan tak mencukupi buat makan dan kebutuhan lainnya.
"Semenjak begini pemasukan sedikit, sudah ditahanin berapa hari tetap aja engga cukup. Kita kan bayar kontrakan kosan, itu teman yang bayar tapi dia kan sudah engga kerja," kata dia.
Dirinya yang identitas KTP masih daerah asalnya di Pemalang, Jawa Tengah mengaku tak tersentuh bantuan sosial pemerintah setempat. Padahal, kondisinya sangat membutuhkan.
“Belum ada bantuan yang datang ke saya dari awal diterapkan PSBB di Tangerang sampai sekarang. Karena bukan warga Tangerang kayaknya," imbuh dia.
Sudah tidak ada yang bisa diharapkan lagi untuk tetap tinggal di Tangerang. Maka itu ia memilih mudik ke kampung halamannya, masih ada keluarga yang membantu dan memperhatikan
“Mendingan saya memilih mudik ke kampung halaman, dari pada di Tangerang luntang-lantung dan malah berbuat kriminal,” tutupnya.
Masa pandemi Corona atau Covid-19 menjadi yang tersulit bagi warga, banyak yang diberhentikan kerja maupun pekerja harian lepas yang sudah tak bisa memiliki penghasilan karena banyak aktifitas yang dibatasi.
Baca Juga: Pelaku Ekshibisionis Teror Pengendara Motor, Seorang Mamah Muda Jadi Korban
Oleh karena itu, larangan mudik yang resmi berlaku 24 April 2020 lalu membuat sejumlah warga masih berupaya mudik lantaran tidak lagi memiliki pekerjaan dan uang di perantauan.
Seperti Agung (28) dan Samtirawan (29) yang tak lagi mampu bertahan hidup di kota rantauannya di Tangerang karena tak ada pekerjaan dan uang.
Kedunya hendak mudik ke Pemalang, Jawa Tengah namun, kandas ditengah jalan usai dipaksa putar balik di Pos Penyekatan perbatasan DKI Jakarta dan Kota Bekasi.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul "Lebih Baik Mati di Kampung daripada di Sini Nggak Ada Saudara, Demikian Kisah Para Pemudik Nekat".