Dampak Pandemi Covid-19: Bisnis Angkot Kocar-kacir, Yang Sudah Bangkrut Juga Banyak...

Adi Wira Bhre Anggono - Rabu, 15 April 2020 | 14:00 WIB

Ilustrasi angkot (Adi Wira Bhre Anggono - )

Baca Juga: Harga Mobil Bekas di Bawah Rp 100 Juta, Selain Avanza Ini Pilihan Lainnya

Selain karena jam operasional transportasi di batasi, penumpangnya pun memang sudah makin mengalami penyusutan lagi.

"Pada dasarnya pengusahan angkutan itu kan sama dengan toko ritel, kalau tidak jualan ya tidak ada uang. Nah, angkot, kalau tidak gerak atau beroperasi, penghasilannya dari mana, tapi kalau beroperasi tidak ada penumpang malah makin salah lagi karena harus ada biaya BBM," ucap Shafruhan.

"Karena itu, kalau kita lihat saat ini sudah banyak pengusaha angkot yang mulai berguguran secara bisnis. Itu baru dari sisi pengusahanya, bagaimana dengan nasib karyawannya, yang pasti bisa dibayangkan sendiri kan," kata dia.

Baca Juga: Kaget Disalip, Wanita Pengendara Scoopy Jatuh Sampai Terlindas Bus, Tewas di TKP

Pada masa PSBB, Safruhan mengatakan dari total seluruh angkot yang ada di Jakarta, yang sampai saat ini masih beroperasi sangat minim.

Sementara, yang lain banyak yang sudah memilih tak bisa bergerak, selain karena regulasi juga karena faktor kondisi, terutama ekonomi.

"Bisa dibayangkan sendiri, angkot itu tinggal 10 persen yang masih bergerak, termasuk bajaj, taksi, bus kota, dan mikrolet, sementara 90 persen lainnya sudah mulai kronis. Jadi kalau bicara dampak, angkot ini pun sangat merugi besar-besaran," ucap Safruhan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisnis Angkot Ambruk, Beberapa Sudah Gulung Tikar".