"Kita buat program dulu, alatnya menggunakan RFID (Radio Frequency Identification Device) dan mikrokontroler arduino nano.
Baca Juga: Pelaku Curanmor 3 Kali Beraksi di Tempat yang Sama, Gasak Dua Lagi, Emak-emak Lewat Santai Aja
Kedua alat itu kita program kemudian setelah kita buat program dia akan bisa mengenali tiap KTP," papar Miko.
Sehingga nantinya alat tidak akan bisa bekerja apabila mengunakan KTP yang tidak terdaftar.
"Sepeda ini tak bisa dipakai orang lain, kecuali orang yang sudah punya KTP dan punya SIM yang kita registrasikan. Sehingga jika 5 orang anggota keluarga sudah diregistrasikan. Maka bisa," tuturnya.
Miko menjelaskan penelitian tersebut dilakukan per kelompok, tiap kelompok dilakukan tiga orang.
Ide dari permasalahan lingkungan Ketiga anak yang mengikuti kompetisi itu merupakan siswanya yang tergabung dalam ekstrakurikuler Karya Ilmiah remaja (KIR).
Ide mengenai pembuatan alat pengaman itu disebut Miko juga murni dari ketiga anak-anak tersebut.
"Jadi kita beri tugas ke anak-anak untuk cari permasalahan di lingkungan sekitarnya. Saya hanya memoles saja, membantu dalam proses pemrogramannya, membantu pasang alatnya, mengujicobanya. Lain-lain anak-anak sendiri," jelas Miko.
Miko menjelaskan, anak-anak tersebut memang sudah diperkenalkan dengan robotika, diberi pengetahuan soal bagaimana cara menulis program.
Sehingga dia mengaku tidak terlalu sulit mengarahkan ketiganya saat mengerjakan karya ilmiah tersebut.
Baca artikel serupa di (Gridmotor.id)