Kisah Driver Taksi Online Tunarungu di Bandung, Bantu Orang Tua Sampai Niat Nikah

Indra Aditya - Selasa, 3 Desember 2019 | 16:00 WIB

Punya keterbatasan tidak menyurutkan Fajar jadi driver taksi online (Indra Aditya - )

Otomania.com – Mamiliki keterbatasan bukan berarti menjadi alasan untuk berpangku tangan. Setiap orang punya kesempatan, setiap orang punya hak untuk mencapai keinginan.

Begitu pun dengan yang dilakukan Fajar Shiddiq, pemuda tuli asal Bandung ini ingin bekerja layaknya orang biasa.

Fajar, pemuda yang ramah senyum ini, tidak pernah mengeluh dengan keterbatasannya.

Meski tidak bisa mendengar, Fajar tahu dia masih memiliki kemampuan agar hidupnya mandiri.

Oleh karena itu, dia selalu berusaha bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan membantu perekonomian orang tuanya.

Menyambut Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2019, kisah Fajar bisa jadi inspirasi bagi kita.

Fajar yang kini berusia 27 tahun adalah salah seorang mitra pengemudi GrabCar di Bandung.

Baca Juga: Kantor GoJek Diserbu Ratusan Driver Taksi Online, Nadiem Makarim Disebut-sebut

Sebelum bergabung dengan Grab, dia pernah bekerja di butik selama satu tahun. Dia bertugas memotong kain dan semacamnya.

Namun, karena merasa tidak cocok dan penghasilannya terasa kurang, dia memilih berhenti.

Setelah keluar, Fajar mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, dia selalu ditolak. Bahkan, selama satu tahun dia tidak memiliki pekerjaan.

“Awalnya saya sudah mencari kerja ke banyak tempat, tapi selalu ditolak. Saya bingung. Kemudian, waktu itu, saya dapat info dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) soal kesempatan kerja di Grab. Mereka tahu kemampuan menyetir saya sangat baik,” ujar Fajar dengan menggunakan bahasa isyarat.
Fajar pun mendiskusikan hal tersebut dan meminta restu orang tuanya.

Meskipun tahu risiko bekerja di jalanan, namun Fajar tetap bertekad untuk bekerja sebagai mitra pengemudi Grab karena ingin membantu sesama dan mendorong perekonomian untuk mendapat kehidupan yang lebih layak.

Orang tua Fajar mengizinkannya bekerja di Grab dengan satu syarat: hati-hati.

Dia pun tidak merasa khawatir bekerja mengemudikan mobil karena sudah terbiasa sejak dulu.

Baca Juga: Handphone Dicuri, Pengemudi Taksi Online Kejar dan Tabrak Pelaku, Satu Tewas Satunya Kritis

Setelah melamar dan 3 bulan menunggu, Fajar resmi menjadi mitra GrabCar pada Juli 2019.

Fajar menjadi teman tuli pertama yang menjadi mitra GrabCar di Bandung.

Fajar bersyukur karena disabilitas seperti dirinya diberikan kesempatan bekerja menjadi mitra pengemudi.

Setelah bekerja sebagai mitra GrabCar, Fajar mengaku mengalami perubahan, terutama keberanian untuk berkomunikasi.

“Dulu, waktu saya belum kerja di Grab, kadang-kadang saya merasa kurang percaya diri. Kalau bertemu orang juga khawatir salah ngomong, takut salah paham. Tapi, setelah masuk Grab, saya jadi berpikir, tidak apa-apa, meskipun saya tuli, saya tetap harus berani untuk berkomunikasi. Apalagi saya punya tanggung jawab agar customer selamat sampai tujuan, jadi saya harus berani,” tutur lelaki yang senang berolahraga ini.

Selain itu, Fajar merasa bekerja sebagai mitra Grab cukup mudah.

“Ketika saya dapat orderan menjemput customer, saya langsung berangkat menjemputnya,” tuturnya dengan bantuan gerak isyarat.

Baca Juga: Terinspirasi Pagar Rumah, Teralis Besi Jadi Tameng Emak-emak Driver Taksi Online, Narik Aman Sentosa

Namun, Fajar sadar akan kemungkinan kesulitan berkomunikasi dengan customer, maka dia selalu mengatakan kepada setiap penumpangnya, “’Maaf saya enggak bisa dengar. Jadi, kalau mau komunikasi bisa duduk di depan’. Saya juga tempel poster (berisi informasi bahwa saya tuli dan informasi lainnya) di mobil saya, supaya customer paham.”

Di sisi lain, menanggapi perbedaan antara dirinya dengan mitra lain, Fajar mengaku tidak pernah mempersoalkannya.

Fajar mengaku kenyamanan dan kebermanfaatan dirinya untuk orang lain adalah hal utama.

“Saya merasa nyaman dengan pekerjaan ini. Yang penting saya juga berhasil mendapatkan nafkah dari Grab,” katanya.

Fajar  sendiri tidak pernah mengambil risiko dalam berkendara. Dia lebih memilih keselamatan penumpangnya.

“Saya biasanya tidak salip-menyalip. Saya biasanya berusaha bersabar saja. Yang penting saya dan customer selamat sampai tujuan.

Menurut saya, pengguna jalan pun harus sopan, tidak usah berebut jalan. Saya sendiri menghindari hal itu.”

Baca Juga: Main Api, Kisah Cinta Segitiga Driver Taksi Online Berujung Kematian

Setelah bekerja menjadi mitra layanan roda empat ini, Fajar, yang bekerja mulai pukul 5 pagi hingga Maghrib ini, mengaku terbantu secara ekonomi.

Rencana ke depan, Fajar masih akan bekerja sebagai mitra GrabCar. Selain itu, dia berharap semua masyarakat mengetahui informasi mengenai tuli, supaya semuanya bisa bekerja sama.

“Dan saya harap pengangguran di Indonesia menurun,” katanya.


Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Fajar Shiddiq, Mitra Pengemudi Tuli Pertama Taksi Online di Kota Bandung, Banyak Hal Unik,