Cara menikung Jarno Saarinen akhirnya menginspirasi Kenny Roberts Sr. yang menyempurnakan gaya tersebut menjadi knee down yang akhirnya populer di ajang MotoGP.
Kenny Roberts Sr. melihat langsung aksi Jarno Saarinen saat balapan di Ontario Speedway pada tahun 1973 dan seketika langsung berpikir untuk menyempurnakan gaya knee down itu.
Sayang memang, Jarno Saarinen harus kehilangan nyawanya saat balapan GP kelas 250cc di Sirkuit Monza, Italia pada tahun yang sama.
Di lap pertama balapan tersebut seorang pembalap bernama Renzo Pasolini menghantam pembatas trek dan menewaskan dirinya, tapi motornya memantul lagi masuk trek dan menghantam Jarno Saarinen tepat di bagian kepala.
(BACA JUGA: Gak Cuma Hebat Nyetir F1, Lewis Hamilton Berbakat Jadi Pembalap WSBK)
Kepergian Jarno Saarinen dan Renzo Pasolini membuat dunia balap terhenyak dan memperbaiki sistem keamanan dalam balapan saat itu.
Namun meninggalnya Jarno Saarinen tidak membuat gaya menikungnya yang khas hilang, malah semakin populer berkat Kenny Roberts Sr.
Beralih ke kisah Kenny Roberts Sr., saat itu ia memang enggak sreg dengan gaya pembalap rata-rata yang sangat konvensional dengan menjepit tubuh mereka ke tangki saat menikung.
Gaya nikung knee down Jarno Saarinen yang cuma lutut yang turun dibuat lebih ekstrem lagi oleh Kenny Roberts Sr. sampai lutut menggesek aspal.
Berbekal selotip yang dipasangkan ke bagian lutut baju balapnya ia lakukan gaya menikung ala dirt track plus teknik kneedown Jarno Saarinen di balapan aspal.
Hasilnya? Tiga gelar juara dunia direbut oleh Kenny Roberts.
Gaya tersebut digunakan sebagai gerakan basic dari menikung di ajang MotoGP sampai sekarang sehingga wearpack pembalap pun jadi punya knee protector.
Sayangnya, banyak pengguna motor zaman sekarang yang menggunakan gaya knee down buat sekadar gaya-gayaan di jalan raya.
Kalau di sirkuit bolehlah, tapi kalau cuma buat show off saja sih jelas enggak menghormati Jarno Saarinen dan Kenny Roberts Sr. tuh!