Garut, Otomania – Saat resmi diperkenalkan awal Agustus lalu, Toyota Calya sudah berhasil membuai banyak konsumen di Indonesia. Buktinya, dalam jangka waktu sebulan, jumlah pesanan yang masuk sudah tercatat 17.300 unit, dua kali lipat lebih dari target penjualan yang cuma 8.000 unit per bulan.
Tetapi, apa benar Calya begitu fenomenal sehingga mampu menarik bagi konsumen. Kali ini, Otomania mau mencoba performanya lewat ajang “Media Test Drive Astra Toyota Calya - Wonderful Journey” menempuh rute Bandung-Garut, Kamis (8/9/2016). Tanjakan Nagreg yang sudah ternama akan jadi santapan utama Calya, mobil murah andalan terbaru Toyota ini.
Awal perjalanan, Otomania tergabung dengan tiga rekan media lain dalam Calya tipe G transmisi otomatis (AT) 4-percepatan. Awal perjalanan, kami duduk di bangku penumpang depan, menikmati kabin Calya yang lumayan nyaman. Soal ini akan kami bahas dalam artikel lain.
Tim dibekali peta tulip, memulai perjalanan dari Vanilla Cafe di Jalan Cimanuk, Bandung menuju Tol Cileunyi, Rancaekek, Nagreg, sampai titik pemberhentian pertama di restoran Asep Stroberi. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan, sekarang, giliran Otomania duduk di balik kemudi, mengarah Kamojang Green Hotel di Garut.
Di Balik Kemudi
Sebelum memulai perjalanan, posisi duduk coba diatur sedemikian rupa demi kenyamanan berkendara, jok bisa maju-mundur sekaligus reclining. Tubuh tambun dengan tinggi 178 cm, mampu terkompensasi dengan apik, tetapi dengan memundurkan sedikit jok.
Pandangan mata langsung tertuju pada multi information display (MID) yang terintegrasi pada panel meter di balik kemudi. Sama seperti sang kakak, Toyota Agya, mobil ini juga tersedia logo Eco yang mengajak pengemudi untuk berperilaku santun saat berkendara, sehingga menghasilkan efisiensi konsumsi bahan bakar yang optimal. Informasi lain, seperti oddo meter, posisi transmisi, trip A, B, dan rata-rata konsumsi bahan bakar jadi sajian standar.
Penempatan tuas transmisi yang menyatu di dasbor, tepatnya di bawah sistem audio dan sejajar dengan pengatur Air Conditioner (AC) mudah dijangkau. Sandaran tangan di antara jok pengemudi dan penumpang depan juga menunjukkan cara cerdik menciptakan suasana nyaman di anjungan.
Penyejuk ruangan yang aktif pada posisi level satu, dengan tingkat kedinginan maksimal, mampu menunjang suasana kabin lebih optimal. Mungkin karena cuaca hari itu tak terlalu panas, cenderung mendung.
Performa Mesin
Memulai perjalanan, tuas transmisi diposisikan ke “D”. Kondisi jalan sudah mulai menanjak membuat mesin 3NR-VE berkapasitas 1.2L, 4 silinder harus berkerja ekstra. Tenaga yang dijanjikan, yakni 88 PS dan torsi 108 Nm, dipaksa optimal dalam perjalanan kali ini.
Ketika pedal gas diinjak dengan pelan (mengurut), tenaga agak sulit diperoleh. Namun, ketika jarum putaran mesin sudah melewati titik 2.000 rpm, baru terasa tenaganya. Kondisi ini wajar, karena torsi puncak 108 Nm diperoleh pada putaran 4.200 rpm. Jadi, jangan segan-segan bejek pedal gas kalau mau Calya terasa sedikit agresif.
Demi menjaga momentum, tuas transmisi kerap turun ke posisi “3” atau “2”, saat tanjakan panjang, juga ketika mau menyusul kendaraan di depan. Sekedar catatan, memainkan tuas pada transmisi otomatis lazim dilakukan, untuk menjaga tenaga mobil tetap optimal.
Memang tak bisa dipungkiri rasa jeda antara pejakan pedal sampai tenaga keluar, cukup terasa, apalagi dari posisi diam. Tetapi ingat lagi, mobil ini berstatus mobil murah, bermesin 1.2L dengan spesifikasi mengangkut tujuh orang penumpang, jadi kategori tenaganya cukup lumayan.
Memasuki wilayah Kamojang, Samarang Garut, kondisi jalan mulai menyempit. Jalan hanya muat menampung dua mobil pas. Sajian jalan ini juga membuat Calya berhasil membuktikan kelincahannya di jalan. Meski suspensi Calya agak keras dan sudah dilengkapi dengan stabilizer di as roda belakang, perasaan limbung masih terasa saat bermanuver zig-zag, ketika menyusul kendaraan di depan.