Memulai perjalanan, tuas transmisi diposisikan ke “D”. Kondisi jalan sudah mulai menanjak membuat mesin 3NR-VE berkapasitas 1.2L, 4 silinder harus berkerja ekstra. Tenaga yang dijanjikan, yakni 88 PS dan torsi 108 Nm, dipaksa optimal dalam perjalanan kali ini.
Ketika pedal gas diinjak dengan pelan (mengurut), tenaga agak sulit diperoleh. Namun, ketika jarum putaran mesin sudah melewati titik 2.000 rpm, baru terasa tenaganya. Kondisi ini wajar, karena torsi puncak 108 Nm diperoleh pada putaran 4.200 rpm. Jadi, jangan segan-segan bejek pedal gas kalau mau Calya terasa sedikit agresif.
Demi menjaga momentum, tuas transmisi kerap turun ke posisi “3” atau “2”, saat tanjakan panjang, juga ketika mau menyusul kendaraan di depan. Sekedar catatan, memainkan tuas pada transmisi otomatis lazim dilakukan, untuk menjaga tenaga mobil tetap optimal.
Memang tak bisa dipungkiri rasa jeda antara pejakan pedal sampai tenaga keluar, cukup terasa, apalagi dari posisi diam. Tetapi ingat lagi, mobil ini berstatus mobil murah, bermesin 1.2L dengan spesifikasi mengangkut tujuh orang penumpang, jadi kategori tenaganya cukup lumayan.
Memasuki wilayah Kamojang, Samarang Garut, kondisi jalan mulai menyempit. Jalan hanya muat menampung dua mobil pas. Sajian jalan ini juga membuat Calya berhasil membuktikan kelincahannya di jalan. Meski suspensi Calya agak keras dan sudah dilengkapi dengan stabilizer di as roda belakang, perasaan limbung masih terasa saat bermanuver zig-zag, ketika menyusul kendaraan di depan.