“Sejatinya kalau dari pabrikan, penggantian oli matik itu bisa sampai 100.000 km. Itu berdasarkan riset dan pengujian mereka,” kata pria yang pernah jadi trainer mekanik di salah satu pabrikan mobil Jepang ini.
“Bila mobil sering macet-macetan, per 40.000 km atau 2 tahun sekali much better (lebih baik, red),” ujarnya.
Memang oli matic perlakuannya tidak seperti oli mesin yang dipengaruhi banyak faktor seperti pembakaran, suhu tinggi, dan oksidasi kelembaban udara.
Sementara oli matic tidak terkontaminasi gas sisa pembakaran. Tapi yang mesti diingat, wanti Sumarno, oli matic adalah darah kehidupan sebuah transmisi matic.
“Kerjanya adalah mentransfer tenaga gerak melalui fluida pada torque converter, melumasi inner part AT, mengoptimalkan kinerja hidrolik sistem pada mekanisme clutch & brake pada transmisi AT, serta mentransfer panas transmisi AT,” ungkapnya.
“Meski ini debatable, secara pribadi berpandangan bahwa apabila mobil sering digunakan untuk traffic yang stop & go, atau untuk balap, medan/beban berat, tetap diperlukan penggantian oli matic lebih awal.” bebernya.
Dilanjutkan oleh Sumarno, sebagai alasan fundamentalnya, bahwa harga transmisi ataupun komponen suku cadang AT, sangat mahal.
Jangan sampai karena kelamaan ganti oli matic yang harganya enggak seberapa, masih harus rogoh kocek lebih banyak lagi buat benerin transmisinya.
“Kultur pengguna mobil di Indonesia bukan seperti di luar negeri setiap 5 tahun discrap. So, better change ATF early,” sarannya.
Ditambahkan oleh Arief Hidayat, "Sebaiknya kuras menggunakan flushing machine, gunakan oli full synthetic agar performa gearbox tetap maksimal," saran Arief Hidayat.