Yamaha RX-Z menggunakan bore 56 mm dengan stroke 54 mm, sedangkan RX-King pakai piston berdiameter 58 mm yang dipadu langkah piston 50 mm.
Selain itu Yamaha RX-Z juga sudah dibekali dengan transmisi 6-percepatan, dengan posisi membran langsung mengarah ke karter.
Begitu juga dengan lubang porting blok silinder, Yamaha RX-Z punya lubang yang lebih banyak dibandingkan RX-King.
Makanya, soal karakter pun RX-Z jadi beda dengan RX-King.
Yamaha RX-Z karakternya sangar di putaran atas.
Sedangkan pada Yamaha RX-King yang tenaganya meledak-ledak di putaran bawah.
Dan salah satu teknologi unggulan lain yang dimiliki RX-Z adalah Yamaha Computerized Lubrication System (YCLS).
Peranti ini memiliki fungsi mengatur campuran oli samping dengan bensin lebih akurat di setiap putaran gas.
Karena bagusnya sistem ini, Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) sempat menerapkan teknologi ini ke RX-King.
Namun sayang, tidak berlangsung lama, sistem YCLS kembali dicopot dari "si jambret" karena tidak bisa berfungsi optimal di RX-King.
Yamaha RX-Z sendiri terakhir kali dijual di Indonesia tahun 1998, tidak genap 10 tahun ia mengaspal di Tanah Air.
Seperti yang telah disinggung di atas, karakter mesin sport yang bermain di putaran tinggi ternyata kurang diminati bikers Indonesia.
Itulah sebabnya Yamaha RX-King yang lebih laku dan populer di sini karena karakter putaran bawahnya yang mantap.
Padahal jika di Malaysia, RX-Z diminati dan baru stop produksi pada tahun 2008.