Mbah Kerto lalu mulai menekuni dunia pertanian dan perdagangan mengikuti jejak sang ayah. Selama tujuh tahun ia harus tirakat membangun usahanya dari nol.
Baca Juga: Salut, Beli Kawasaki Ninja 250 Pakai Uang Koin, Orang Dealer Sampai Gak Kuat Bawa
Saat itu, Kerto bersumpah kepada dirinya sendiri akan tidur di luar rumah sampai dia bisa menyamai harta sang ayah dan saudara-saudaranya. Padahal, suhu di Ranupane sangat dingin. Kadang bisa sampai nol derajat.
"Dua tahun saya tidur di luar karena saya sudah sumpah kepada diri saya sendiri akan tidur di luar sampai diberikan kesuksesan," ceritanya.
Tahun 1983, kesuksesan demi kesuksesan mulai mendatanginya. Panen kentang pertamanya di Desa Ranupane dibagikan kepada warga berupa uang koin sebanyak 70 kilogram.
Rupanya, sedekah itu mengantarkannya lebih sukses lagi. Dari ladang yang sempit, kini sudah bisa mencapai 30 hektar lebih.
Meski begitu, kebiasaannya bersedekah tidak pernah dihilangkan hingga ia dikenal sebagai sosok yang dermawan.
"Saya itu dari dulu suka bersedekah, kalau ada tamu itu wajib kasih makan, mau berapa ratus tamunya ya wajib beri makan," akunya.
Sayangnya, kesuksesannya bertani tidak diikuti dengan sukses dalam dunia percintaan. Sudah tiga kali Mbah Kerto gagal menjalin hubungan rumah tangga.
Setia pada istri pertama
Menikah sampai tiga kali, hanya istri pertamanya lah yang setia menemani Mbah Kerto sampai akhirnya meninggalkannya terlebih dahulu karena meninggal pada tahun 2006.
Sempat meninggalkan sang istri dan menikah lagi, malah istri kedua ini lah yang membuatnya terjerumus pada dunia hitam kala itu sampai akhirnya bercerai.
Setelah bercerai, ia memutuskan untuk kembali dengan istri pertamanya dan hidup bersama hingga dipisahkan oleh maut yang terlebih dahulu menjemput sang istri tercinta.
"Dulu istri saya meninggalnya di rumah ini, dia yang paling setia menemani saya sampai akhirnya meninggal dulu," kata Mbah Kerto sambil mengusap air matanya.
Patah hati ditinggal cinta pertamanya, Mbah Kerto mencoba menjalin cinta lagi. Kali ini ia menikahi seorang perempuan yang usianya jauh lebih muda darinya.
Saat itu, usia istrinya 33 tahun, sedangkan Mbah Kerto sudah 93 tahun. Nahas, Mbah Kerto malah diselingkuhi oleh sang istri dan berujung pada perceraian.
Sejak saat itu, Mbah Kerto memilih untuk hidup sendiri. Padahal, tidak sedikit perempuan yang menantang untuk dinikahi Mbah Kerto.
Bukan hanya janda, gadis pun juga banyak yang ingin dinikahi pria berjenggot putih ini.
"Saya sudah tua, daripada dibuat pusing dengan urusan hati mending sendiri saja, mereka itu rata-rata hanya ngincar harta saya saja," bebernya.
Dari tiga pernikahan itu, Mbah Kerto tidak memiliki seorang anak pun. Tapi, ia telah mengadopsi empat orang anak yang kini telah berkeluarga semua dan tinggal dekat dengan rumah Mbah Kerto.
Rata-rata, mereka adalah yang dulu pernah ikut menjadi buruh tani di ladangnya. Ada juga yang memang diangkat anak sejak kecil.
Kini, semua anaknya bekerja sebagai petani di ladang meneruskan jejak kesuksesan Mbah Kerto dan meraih jalan sukses masing-masing.
"Anak ada empat, semua sudah ada rumah, ya ladang saya sudah saya bagi ke anak, sekarang saya hanya garap sedikit cuma 6 hektare," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Mbah Kerto, Miliarder Asal Desa Ranupane, Punya Banyak Mobil dari Hasil Berladang",