Selain itu, RX-Z juga sudah dibekali transmisi 6-percepatan dengan posisi membran juga sudah langsung mengarah ke karter.
Begitu juga dengan lubang porting blok silinder, RX-Z punya lubang yang lebih banyak dibandingkan RX-King.
Makanya soal karakter pun Yamaha RX-Z menjadi berbeda dengan RX-King.
Yamaha RX-Z karakternya sangar di putaran atas, beda dengan RX-King yang tenaganya meledak-ledak di putaran bawah.
Salah satu teknologi unggulan lain yang dimiliki RX-Z adalah Yamaha Computerized Lubrication System (YCLS).
Yakni peranti yang bertugas mengatur campuran oli samping dengan bensin lebih akurat di setiap putaran gas.
Karena bagusnya sistem ini, Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) sempat menerapkan teknologi ini ke RX-King.
Sayang tidak berlangsung lama, sistem YCLS kembali dicopot dari si jambret atau RX-King karena tidak bisa berfungsi optimal.
Yamaha RX-Z sendiri terakhir kali dijual di Indonesia tahun 1998, dan tak genap10 tahun ia mengaspal di Tanah Air.
Baca Juga: Bikin Kaget Enggak Percaya, Yamaha RX-Z Bisa Laku Rp 200 Jutaan, Ini yang Bikin Spesial
Seperti sudah disinggung di atas, karakter mesin sport yang bermain di putaran tinggi ternyata kurang diminati bikers Indonesia.
Mayoritas bikers sini kan lebih suka kondisinya cenderung stop and go.
Itulah sebabnya RX-King yang lebih laku dan populer di sini karena karakter putaran bawahnya yang mantap.
Padahal jika di Malaysia, RX-Z diminati dan baru stop produksi pada tahun 2008 Silam.