"Ini dalam satu hektar kalau dengan modal bibit sekitar sekilo isi 5, itu dalam setahun itu mencari target sekitar 500 juta Insya Allah tercapai," ucap Heriyanto saat berbincang dengan Kompas.com di kebunnya, Desa Karangjong, Ngawen, Blora, Sabtu (17/4/2021).
Heri yang hobi berkuda itu menuturkan, lahan 2.500 meter yang ditanami sekitar 4.000 batang dapat menghasilkan katak/bulbil porang sekitar 200 kilogram.
"Kalau saya asumsikan sekilonya Rp 200.000 itu sudah Rp 40 juta, itu baru dari katak lho," kata dia.
Heri mengaku menanam porang di lahan tersebut menggunakan bibit porang yang beratnya sekitar setengah kilogram.
"Kalau yang bawah kita gali taruhlah 4.000 batang, kalau dibikin 1 kilogram, total 4 ton, kali Rp 9.000 per kilo kan Rp 36 juta," imbuh dia.
Namun, apabila 1 batang porang menghasilkan umbi lebih dari satu kilogram, maka semakin besar keuntungannya.
"Kalau satu batang isinya 1,5 kilo berarti kan 6 ton, kan Rp 54 juta. Sehingga total (di tambah katak Rp 40 juta) kan hampir Rp 100 juta," ujar dia.
Kira-kira dengan hasil keuntungan yang seperti didapatkan oleh Heriyanto. Yakni yang disebutkan sebesar Rp 500 juta selama satu tahun itu.
Hasil keuntungannya tersebut mendekati harga satu unit mobil baru Toyota Fortuner.
Mengutip dari toyota.astra.co.id, banderol Fortuner 4x2 2.4 G M/T bermesin diesel dijual mulai Rp 484 jutaan on the road Jakarta. Sedang versi automatic-nya dijual Rp 500,9 juta.
Wow, menggiurkan menjadi petani!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Porang yang Harganya Mahal dan Dilarang Diekspor dalam Bentuk Umbi?",