Padahal waktu itu sedan sedang booming, tapi sedan dianggap kurang praktis dan tergolong barang mewah," sambungnya.
Ia berujar, larisnya MPV tak selalu diikuti dengan faktor kebutuhan para penggunanya.
"Karena praktis dan ada prioritas perpajakan, masyarakat sampai saat ini jadi lebih baik beli MPV dibanding jenis mobil lain."
"Padahal belum tentu semua masyarakat yang beli MPV benar-benar butuh, bisa saja pilih MPV karena harga terjangkau dan ada prioritas pajaknya," ungkap Bebin.
Lebih lanjut, ia mengatakan jika SUV mungil juga berpotensi mendapat prioritas pajak layaknya MPV.
Baca Juga: Arti Istilah MRSP Daftar Harga Motor atau Mobil Baru? Ini Penjelasannya
"Saya sudah dengar dari Gaikindo, bahwa diharapkan tahun depan ada aturan yang tidak lagi menganakemaskan MPV. Dengan ini, mungkin saja nanti SUV mungil bisa laris layaknya MPV," sebut Bebin.
Selain itu, faktor performa juga jadi pertimbangan besar mengapa SUV jadi jenis kendaraan yang menarik.
"Ketika aturan perpajakan jenis kendaraan sama rata, dan publik merasa SUV lebih andal dengan konstruksinya yang lebih tangguh ketimbang MPV," ungkap Bebin menganalisa.
"Bisa saja pasar MPV tergerus hingga terjadi pergeseran tren pasar dari MPV ke SUV. Apalagi beberapa SUV juga ada yang kapasitasnya tujuh penumpang," tutupnya.