"Terbatasnya kapasitas transportasi publik dan tidak adanya alternatif moda, membuat warga cenderung beralih ke kendaraan pribadi," tulis ITDP dalam keterangan, Kamis (4/6/2020), dilansir dari Kompas.com.
Menurut lembaga ini, berkurangnya kapasitas angkut transportasi publik dikhawatirkan membuat warga beralih ke kendaraan pribadi.
Hal ini terjadi karena belum adanya opsi transportasi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Dikhawatirkan nantinya Jakarta akan kembali memasuki fase kemacetan total atau gridlock yang berakibat pada semakin buruknya kualitas udara serta memperparah penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Pengendara Honda PCX Putih Dilaporkan ke Polisi, Urusan Cekcok dengan Petugas SPBU Belum Selesai
Selain itu, protokol PSBB yang mengharuskan warga berada di rumah, membuat warga yang memiliki keterbatasan ruang tidak dapat beraktivitas aktif, seperti berolahraga.
Kurangnya ruang publik juga membatasi gerak warga untuk beraktivitas secara nyaman sambil menerapkan jaga jarak.
Setelah masa PSBB, masa relaksasi menjadi ujian bagi transportasi publik di Jakarta.
Untuk itu, transportasi yang mendukung harapan ini adalah sepeda.
Baca Juga: Pingin Dandanin Honda ADV150? Ada Nih Part Bodi Carbonnya, Bisa Dipasang Sendiri Lagi
Sebagai informasi, selama masa karantina diri, upaya untuk menciptakan jalur sepeda merupakan salah satu kebijakan paling populer.
Pemerintah kota dan beberapa negara menghadirkan jalur sepeda sementara atau pop up bike line.
Jalur-jalur ini diterapkan di beberapa kota seperti Bogota dan Paris serta di beberapa negara seperti Meksiko dan Filipina.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanpa Transportasi Alternatif Selama Pandemi, Jakarta Bakal "Gridlock"".