Karena jika hal tersebut dibiarkan di posisi satu gigi, RPM mesin bisa tidak berada pada power band torsi.
Sehingga respons mobil bisa menjadi lambat saat benar-benar dibutuhkan.
Selain itu Sony juga mengatakan bahwa memacu mesin secara paksa dari gigi yang tinggi, gigi 4 ke atas, pada RPM rendah biasanya dapat menyebabkan terjadinya knocking.
"Dalam jangka panjang, knocking dapat membuat performa mesin berkurang, bahkan sampai rusak," ujar Sony.
"Dari sisi defensive driving, akselerasi dilakukan secara halus dan bertahap supaya pengemudi tidak memaksakan mesin untuk naik ke RPM tinggi," lanjutnya.
Baca Juga: Street Manners: Lane Merging Tidak Ada Aturan Khusus, Tapi Butuh Etika
Tidak hanya itu saja, Sony juga mengatakan bahwa malas mengoper gigi juga bertentangan dengan salah satu tujuan dari defensive driving, yaitu Eco Driving.
"Prinsip dari Eco Driving adalah mengoper gigi maksimal di RPM 2.500 pada setiap akselerasi, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi irit," kata Sony.
"Defensive driving bukan irit pindah gigi, tapi memahami cara operasional kendaraan dengan benar sehingga irit bahan bakar, kendaraan terawat, juga tidak membuat pengemudi menjadi agresif." tutup Sony Susmana